Jelang Listing, Intip Potensi Bisnis Panas Bumi Barito Renewables (BREN)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan resmi meluncurkan bursa karbon pada Selasa (26/9).
IDXChannel - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan resmi meluncurkan bursa karbon pada Selasa (26/9). Ini akan menandai langkah baru dalam upaya besar Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Hal ini disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, saat membuka Seminar Nasional "Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca dan Peluang Perdagangan Karbon di Indonesia.
"Semua proses yang mendukung keberhasilan dan perdagangan melalui bursa karbon, kita jaga sampai berhasil dan hasilnya kembali direinvestasikan kepada upaya keberlanjutan lingkungan hidup kita, terutama melalui pengurangan emisi karbon secara resmi," ujar Mahendra, dikutip Minggu (24/9/2023).
Berbarengan dengan momentum peluncuran bursa karbon, PT Barito Renewables Energy yang merupakan perusahaan energi milik taipan Prajogo Pangestu sedang menggelar initial public offering (IPO) dan akan melantai di bursa pada 6 Oktober mendatang.
Calon emiten berkode BREN tersebut akan menjalankan bisnis energi terbarukan berupa panas bumi atau geothermal.
Sebelumnya, Prajogo memang telah memiliki bisnis panas bumi melalui PT Star Energy Geothermal Ltd.
Potensi Bisnis Geothermal BREN
Energi panas bumi digadang menjadi salah satu sumber energi yang rendah emisi dan ramah lingkungan. Fakta ini dapat membantu Indonesia untuk mengurangi emisi karbon secara signifikan dan mencapai Net Zero Target (NZE).
Sebesar 80 persen dari kapasitas terpasang panas bumi dunia pada tahun 2023 terkonsentrasi di 5 negara. Di antaranya adalah Indonesia dengan kapasitas terpasang 20 persen Amerika Serikat 21 persen, Turki 16 persen, Filipina 14 persen, dan Selandia Baru 8 persen.
Sebagai negara yang berada dalam kategori Ring of Fire, wajar jika Indonesia memiliki potensi besar panas bumi.
Peluang inilah yang coba ditangkap Prajogo melalui entitas bisnisnya, Star Energy.
Pemain panas bumi di Indonesia masih belum terlalu banyak. Selain Star Energy, di antaranya ada Geo Dipa Energi, Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), Sarulla Operations Ltd, Supreme Energy, dan PT Sorik Marapi Geothermal Power. (Lihat grafik di bawah ini.)
Star Energy Geothermal memiliki kapasitas terpasang panas bumi di wilayah Wayang Windu, Salak, dan Darajat.
Star Energy Geothermal juga bermitra dengan dua perusahaan milik negara, Pertamina Geothermal Energy dan PT PLN (Listrik) untuk mengubah energi panas bumi menjadi listrik di Jawa Barat.
Mengutip laman Kementerian ESDM, panas bumi terbukti lebih ramah lingkungan karena emisi yang dihasilkan hanya 1/15 dari emisi pembangkit listrik tenaga uap yang bahan bakarnya batu bara. Panas bumi juga mengeluarkan 1/10 emisi dari pembangkit listrik berbahan bakar solar.
Barito Renewables memulai masa penawaran awal sejak 18 hingga 25 September 2023.
Jumlah saham yang ditawarkan sebanyak-banyaknya Rp4,5 miliar saham atau setara dengan 3,35 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan.
Harga saham yang ditawarkan dalam penawaran umum perdana ini di rentang Rp 670 sampai Rp 780.
Secara kinerja keuangan, jumlah aset yang dimiliki Star Energy mengalami peningkatan sebesar 1,9 persen dari sebelumnya USD473,1 juta per 31 Desember 2022 menjadi USD482 juta per 31 Maret 2023.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh bertambahnya piutang ke operator kelompok kontraktor di wilayah kerja Darajat.
Sementara jumlah liabilitas atau utang perusahaan mengalami penurunan sebesar 0,3 persen dari sebesar USD134,2 juta pada tanggal 31 Desember 2022 menjadi USD133,8 juta pada per 31 Maret 2023.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan liabilitas pajak tangguhan sebesar USD0,6 juta.
Jumlah ekuitas juga mengalami peningkatan sebesar 2,7 persen dari sebesar USD338,9 juta per 31 Desember 2022 menjadi USD348,2 juta per 31 Maret 2023.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan saldo laba dari penghasilan komprehensif tahun berjalan. (ADF)