MARKET NEWS

JPMorgan Pangkas Kredit Klien di Eropa dan Asia, Termasuk Tsingshan China 

Tim IDXChannel 22/09/2022 10:06 WIB

Tsingshan sempat berada pada situasi krisis di bursa London Metal Exchange (LME), di mana harga nikel bulan Maret lalu naik lebih dari dua kali lipat.

JPMorgan Pangkas Kredit Klien di Eropa dan Asia, Termasuk Tsingshan China  (foto: MNC Media)

IDXChannel - Perusahaan investasi multinasional, JPMorgan Chase & Co, memutuskan pemangkasan fasilitas pinjaman bagi produsen nikel terbesar di dunia, Tsingshan Holding Group, di tengah krisis perusahaan seiring fluktuasi harga nikel internasional.

Tak hanya Tsingshan, folatilitas harga komoditas juga mendorong JPMorgan melakukan pemotongan porsi kredit terhadap beberapa pelanggannya di Eropa dan Asia.

Beberapa waktu lalu, Tsingshan sempat berada pada situasi krisis di bursa London Metal Exchange (LME), di mana harga nikel bulan Maret lalu naik lebih dari dua kali lipat. Hal tersebut membuat LME terpaksa menghentikan perdagangan dan membatalkan sejumlah transaksi senilai miliaran dolar. 

Terimbas pemangkasan kredit, Tsingshan pun kini tengah mendekati dua broker LME untuk menjadi klien demi menambah jalur kreditnya. Sementara bagi JPMorgan, langkah ini merupakan yang kesekian kalinya dilakukan, menyusul kebijakan pembatasan kreditnya di beberapa negara Asia dan Eopa.

Perusahaan bank terbesar itu mendapat eksposur terbesar dari 10 bank dan broker untuk posisi short besar, atau jaminan atas penurunan harga yang dialami oleh Tsingshan. Masalahnya, banyak dari eksposur tersebut dalam derivatif over the counter (OTC), sehingga disalahkan atas lonjakan liar harga LME pada 8 Maret 2022 lalu.

Posisi short Tsingshan memicu panggilan margin miliaran dolar yang mengancam akan mendorong beberapa bank dan pialang ke posisi default. Kebijakan naiknya suku bunga agresif oleh Bank Sentral semakin memicu kekhawatiran resesi global, yang juga berdampak pada sektor logam, sehingga mendorong pelaku pasar untuk mengurangi risiko.

“Ada pengetatan umum dalam keuangan untuk sektor logam. Sekarang klien-klien yang telah bergantung menemukan bahwa biaya kredit dan akses ke likuiditas sulit setelah perang,” ujar Kepala Eksekutif Broker LME Sucden Financial, Marc Bailey, sebagaimana dilansir Reuters, pekan lalu. (TSA)

Penulis: Ribka Christiana

SHARE