JPMorgan Ramal Reli Obligasi Global Baru Dimulai, Posisi Indonesia Menarik?
Reli obligasi global diproyeksikan akan meningkat setelah rilis laporan inflasi Amerika Serikat (AS) pekan ini.
IDXChannel - Reli obligasi global diproyeksikan akan meningkat setelah rilis laporan inflasi Amerika Serikat (AS) pekan ini. Hal ini diungkapkan oleh chief investment officer (CFO) J.P. Morgan Asset Management Bob Michele untuk pendapatan tetap.
Imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS atau US Treasury tenor 10 tahun meningkat 1,15 persen di level 3,802% per Jumat (14/7/2023). Kenaikan yield obligasi pemerintah AS ini tersengat data terbaru inflasi AS yang semakin menunjukkan tanda-tanda pendinginan. (Lihat grafik di bawah ini.)
Mengutip Bloomberg, Jumat (14/7/2023), Michele mengatakan telah bersiap untuk reli obligasi sejak akhir tahun lalu, dan membeli obligasi pemerintah berkualitas tinggi, kredit dan utang dari pasar berkembang saat mereka jatuh ke posisi terendah dalam beberapa tahun.
Ia termasuk salah satu pelaku industri keuangan yang percaya ekonomi AS akan memasuki fase resesi karena menilai The Federal Reserve bertindak terlalu jauh dalam menaikkan suku bunga.
Jadi ketika dia melihat inflasi di ekonomi terbesar dunia mendingin lebih dari perkiraan para ekonom, dia yakin ini adalah awal dari reli yang berkepanjangan.
Michele sebagai pelaku pasar obligasi lebih dari empat dekade, mengatakan kurva imbal hasil AS yang sangat terbalik menimbulkan masalah dan The Fed akan dipaksa untuk memangkas suku bunga pada akhir tahun ini.
“Semakin banyak indikator berada pada level yang hanya Anda lihat dalam resesi. Kami membeli setiap cadangan dalam imbal hasil. Pengetatan bank sentral yang cukup besar mulai menggerogoti ekonomi riil," kata Michele.
Pandangan bullish Michele berulang kali diuji oleh pasar dalam beberapa bulan terakhir. Ini karena data ekonomi AS yang lebih kuat telah membuat investor bertaruh bahwa The Fed akan terus menaikkan suku bunga hingga akhir tahun dan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
Kondisi ini membuat imbal hasil Treasury AS ke level tertinggi sejak krisis keuangan global dan melukai investor seperti dirinya.
Namun, dengan data inflasi terbaru, Michele optimis The Fed akan mempertimbangkan pemangkasan suku bunga.
Sebagai informasi, penurunan tingkat suku bunga akan mendorong imbal hasil obligasi bergerak turun dan akan mendorong kenaikkan harga. Posisi obligasi justru berpotensi mengalami kenaikan saat inflasi menurun.
Saat ini, Michele juga melihat sulit untuk optimis tentang kondisi ekonomi AS. Sebuah laporan The Fed baru-baru ini menunjukkan 37 persen perusahaan AS berada dalam kesulitan, lebih banyak dibandingkan era sejak 1970-an.
“Berdasarkan semua tekanan yang kami lihat dalam sistem, kami cukup yakin kami akan melihat peningkatan tajam dalam pengangguran. Ini akan terasa seperti soft landing sampai Anda benar-benar mengalami resesi,” kata Michele.
Di pasar domestik, Bank Indonesia mencatat berdasarkan data transaksi periode 3 hingga 6 Juli 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp1,85 triliun terdiri dari jual neto Rp2,44 triliun di pasar surat berharga negara (SBN).
Sepanjang 2023, berdasarkan data setelmen hingga 6 Juli 2023, nonresiden beli neto Rp80,56 triliun di pasar SBN RI.
Adapun berdasarkan data Kementerian Keuangan, secara total kepemilikan SBN nonresiden per 13 Juli 2023 tercatat Rp843,39 triliun. (Lihat grafik di bawah ini.)
Tercatat kepemilikan nonresiden atau asing terhadap SBN RI menunjukkan kenaikan sejak awal tahun.
Bulan Juni menjadi kenaikan tertinggi kepemilikan asing pada instrumen obligasi pemerintah tersebut sebesar Rp846,9 triliun. Adapun hingga 13 Juli, kepemilikan asing turun sedikit dibanding tahun sebelumnya.
Ini menunjukkan pasar obligasi domestik masih cukup diminati investor asing. Terlebih kondisi fundamental makro Indonesia yang masih cukup menarik di tengah banyak ekonomi utama dunia yang sedang menghadapi inflasi tinggi hingga pelambatan pertumbuhan ekonomi. (ADF)