Jurus Jitu Strategi Investasi Terbaik dan Teraman saat Resesi
Beberapa strategi investasi terbaik dan teraman saat resesi ini bisa menjadi pilihan Anda saat ekonomi mulai terganggu.
IDXChannel - Beberapa strategi investasi terbaik dan teraman saat resesi ini bisa menjadi pilihan Anda saat ekonomi mulai terganggu.
Seperti diketahui resesi saat ini mengancam ekonomi Indonesia. Ancaman nilai rendah rupiah kian nyata setelah kondisi ekonomi global yang tidak stabil. Di sisi lain, negara ini belum stabil selepas pandemi Covid-19.
Lantas bagaimana jurus jitu strategi investasi terbaik dan teraman saat resesi? Simak penjelasan yang dihimpun kami dari berbagai sumber.
Strategi Investasi Terbaik dan Teraman saat Resesi
1. Kenali Profil Risiko
Asas dasar sebelum berinvestasi adalah mengetahui profil risiko untuk menentukan jenis instrumen investasi yang akan diambil.
Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Asad menuturkan tipe investor agresif adalah orang yang mau membeli produk investasi dengan risiko tinggi. Mereka cenderung tidak bermasalah dengan penurunan tajam imbal hasil (return) atau nilai investasi, asal memiliki potensi untuk mendapatkan return investasi tinggi.
Selanjutnya, tipe moderat yakni orang yang mau mengambil sedikit risiko, tapi tidak terlalu besar. Biasanya, tipe ini ingin mendapatkan return yang lebih tinggi dibandingkan hanya bunga deposito dan masih bisa menerima penurunan nilai investasi, tapi tidak besar.
Ada juga tipe konservatif adalah orang-orang yang tidak mau mengambil risiko dalam berinvestasi. Mereka mau menerima return kecil, asalkan nilai asetnya tidak turun.
2. Memiliki Aset Likuid dan Dana Darurat
Selanjutnya, ia menyarankan agar setiap investor memiliki aset likuid, baik investor tipe agresif, moderat, maupun konservatif. Pasalnya, pada kondisi resesi ekonomi utamanya saat ini disebabkan oleh pandemi, maka perekonomian cenderung dipenuhi ketidakpastian.
Jurus Jitu Strategi Investasi Terbaik dan Teraman saat Resesi. (FOTO: MNC Media)
Ia menjelaskan aset likuid adalah aset yang mudah dicairkan sewaktu-waktu tanpa tingkat kerugian (cut loss). Ia lantas mencontohkan sejumlah instrumen aset likuid meliputi tabungan, deposito, reksa dana pasar uang, dan emas.
Kemudian beberapa perencana keuangan menyinggung persiapan dana darurat yang mudah dicairkan sebelum berinvestasi. Besaran idealnya, untuk orang yang belum menikah sebesar 3 kali pendapatan. Sementara, bagi yang sudah berkeluarga sebesar 6 kali penghasilan.
Namun, ia menegaskan dana darurat ini akan sangat berguna pada saat resesi ekonomi. Menyiasatinya, masyarakat bisa memilih sebagian pendapatannya untuk dana darurat dan sebagian lainnya untuk investasi.
3. Pilihan Instrumen Investasi
Selanjutnya strategi investasi terbaik dan teraman saat resesi
menyarankan prioritas pilihan instrumen investasi saat resesi ekonomi adalah instrumen risiko rendah dan mudah dicairkan, yakni deposito. Namun, investor harus menyadari jika return deposito lebih rendah dibandingkan instrumen investasi lainnya.
Karena carilah sesuatu yang gampang dicairkan sehingga tidak tertutup kemungkinan kena PHK, dirumahkan, gaji dipotong karena resesi ekonomi. Misalnya pun bukan kita, bisa jadi saudara, orang tua sehingga butuh bantuan kita.
Namun, jika seorang investor tipe moderat, maka bisa mencoba instrumen yang risikonya menengah tapi menawarkan imbal hasil lebih tinggi dari deposito, yakni surat utang (obligasi) ritel, surat utang syariah (sukuk) ritel, emas, reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, dan emas.
Tetapi, bagi investor dengan profil agresif, momentum resesi ekonomi ini bisa menjadi peluang untuk menambah portofolio risiko tinggi dengan imbal hasil lebih besar pula, seperti saham dan reksa dana saham. Alasannya, banyak saham yang memiliki kinerja bagus dan kapitalisasi yang harganya turun.
Namun, ia memberikan catatan bagi para investor agresif ini. Pertama, investasi pada saham dan reksa dana saham tersebut dilakukan untuk jangka panjang 2-3 tahun.
Kedua, ia menilai sebaiknya investasi pada saham dan reksa dana saham dilakukan secara bertahap setiap bulannya sembari memantau kondisi perekonomian. Investor tidak dianjurkan membeli portofolio saham dan reksa dana saham dalam jumlah jumbo sekaligus, kecuali sudah berpengalaman.
4. Tata Ulang Portofolio Investasi
Bagi investor yang sudah lebih dulu terjun pada dunia investasi, ia menganjurkan melakukan rebalancing atau menata ulang portofolio investasi.
Terlebih dulu, investor bisa mengevaluasi performa investasinya di tengah resesi ekonomi ini. Rebalancing ini bertujuan mengurangi risiko kerugian pada aset-aset yang kinerjanya turun akibat pandemi covid-19 dan resesi ekonomi.
Sebagai contoh bila Anda mempunyai 75 persen investasi di pasar saham, dan 25 persen dalam bentuk tabungan serta logam mulia.
Boleh saja, yang di pasar saham ini, untuk menghindari drop (kerugian) bisa rebalancing tadinya 75 persen jadi dikurangi 50 persen atau 30 persen, sisanya ke obligasi atau emas.
5. Alokasi investasi
Terakhir, saran investasi dilakukan jika masyarakat sudah mampu mencukupi kebutuhan primer sehari-hari. Apabila ada uang lebih dan masyarakat sudah memiliki dana darurat, maka idealnya investasi bisa dilakukan.
Bila misalnya finansial untuk kebutuhan sehari-hari belum bisa tercukupi semuanya sebaiknya jangan dulu. Investasi kalau semua kebutuhan tercukupi dan masih ada uang lebih sehingga tidak ada issue (masalah untuk kebutuhan primer).
Namun, jika kebutuhan primer sudah tercukupi dan masih ada dana lebih, maka dana tersebut bisa dialokasikan untuk dana darurat dan investasi. Misalnya, 10 persen dari pendapatan untuk dana darurat dan 10 persen untuk investasi.
Itulah penjelasan strategi investasi terbaik dan teraman saat resesi. Semoga informasi ini berguna bagi Anda dan menambah wawasan Anda.