KAI Bayar Bunga Obligasi II Rp39,9 Miliar
PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengumumkan telah melakukan pembayaran bunga obligasi II Tahun 2019 seri A-B ke-10 sebesar Rp39,9 miliar.
IDXChannel - PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengumumkan telah melakukan pembayaran bunga obligasi II Tahun 2019 seri A-B ke-10 sebesar Rp39,9 miliar.
Mengutip Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (11/6/2022), pembayaran bunga obligasi tersebut telah dilakukan pada Jumat (10/6/2022).
“Kami sampaikan bahwa PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah melakukan Pembayaran Bunga Obligasi II Kereta Api Indonesia Tahun 2019 Seri A-B ke-10 (sepuluh) sebesar Rp. 39.987.500.000,00 (Tiga Puluh Sembilan Miliar Sembilan Ratus Delapan Puluh Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah) pada hari Jumat, 10 Juni 2022,” kata Executive Vice President Corporate Secretary KAI, Asdo Artriviyanto.
Seperti diketahui, pada November 2019, PT KAI menerbitkan obligasi II senilai Rp2 triliun.
“Obligasi II Kereta Api Indonesia 2019 dengan nilai nominal sebanyak-banyaknya sebesar Rp2.000.000.000.000 (dua triliun Rupiah). Dana yang diperoleh dari Penawaran Umum Obligasi ini setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, sebesar Rp1.200.000.000.000,- (satu triliun dua ratus miliar rupiah) akan digunakan untuk pembayaran sebagian pokok pinjaman pada PT Bank HSBC Indonesia (tidak terafiliasi) dan sisanya akan digunakan untuk pengadaan sarana baru dan pembaruan sarana," ujar Direktur Utama saat itu.
Pengadaan sarana baru mayoritas untuk membeli kereta baru menggantikan kereta yang usianya sudah tua. Sampai dengan Oktober 2019, terdapat 672 kereta yang usianya diatas 30 tahun.
Adapun kereta-kereta tersebut berupa kereta penumpang, kereta makan, kereta bagasi dan kereta pembangkit. Lalu untuk titik utama pembaruan sarana adalah melakukan repowering yaitu peningkatan daya sarana kereta api. Repowering ini meliputi pekerjaan penggantian mesin kereta penumpang, gerbong barang, pembaruan lokomotif, kereta rel diesel dan lainnya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi serta peningkatan layanan baik untuk angkutan penumpang maupun barang.
Obligasi ini mendapatkan peringkat idAAA (Triple A; Stable Outlook) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Obligasi terbagi menjadi 2 seri di mana Seri A berjangka waktu 5 tahun dengan indikasi tingkat kupon Obligasi 7,45 persen - 8,10 persen per tahun, Seri B berjangka waktu 7 tahun dengan indikasi tingkat kupon Obligasi 7,80 persen - 8,50 persen per tahun. Bunga Obligasi dibayarkan triwulan 30/360, sesuai dengan tanggal pembayaran masing-masing Bunga Obligasi.
Selama lima tahun terakhir dari tahun 2014 hingga 2018, KAI mencatatkan pertumbuhan pendapatan dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 25,5 persen dan rata-rata pertumbuhan laba bersih dengan CAGR sebesar 22,3 persen. Di samping itu, berdasarkan laporan posisi keuangan, KAI semakin berkembang di mana peningkatan jumlah aset dengan CAGR 20,1 persen serta diiringi pertumbuhan ekuitas dengan CAGR sebesar 30,2 persen.
Adapun pada posisi akhir semester I Tahun 2019, total aset KAI mencapai Rp41,2 triliun dan KAI mampu mencatatkan pertumbuhan total aset sebesar 5,84 persen, pertumbuhan total liabilitas sebesar 7,1 persen dan pertumbuhan total ekuitas sebesar 4,4 persen. Jika dibandingkan dengan periode 30 Juni 2018, KAI mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 14,31 persen dan pertumbuhan laba bersih hingga 54,39 persen.
Sementara itu, beberapa proyek yang saat ini sedang ditangani oleh KAI di antaranya melalui Perpres No. 49/2017 tentang percepatan penyelenggaraan Kereta Api Ringan (LRT) terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi. Kemudian program peremajaan sarana dengan tujuan untuk meningkatkan layanan angkutan penumpang. Serta dari segi angkutan barang, KAI secara berkelanjutan melakukan pengembangan kapasitas angkutan batu bara dengan cara menambah lokomotif dan gerbong serta mengembangkan jalur di Sumatera bagian selatan.
Sebelumnya, pada November 2017 KAI telah menerbitkan surat utang (obligasi) perdana sebesar Rp 2 triliun. Dana tersebut digunakan untuk mendanai proyek KA Bandara Soekarno-Hatta sebesar 55 persen, dan sisanya 45 persen untuk pengedaan kereta baru. Penawaran obligasi ini mendapat minat yang cukup besar dari para investor, dimana permintaan obligasi mencapai Rp 5,2 triliun atau melebihi 2,5 kali dari nilai yang ditawarkan. (RRD)