Kaleidoskop 2022: 59 Emiten Baru Merapat, Pasar Modal Nasional Diguyur Rp33,022 T Dana Hasil IPO
dengan penambahan tahun ini, maka total emiten yang kini telah melantai di pasar modal nasional secara keseluruhan telah mencapai 825 emiten.
IDXChannel - Melanjutkan tren positif yang terjadi sejak tahun lalu, industri pasar modal nasional di tahun ini juga mencatatkan kinerja yang cukup mengkilap.
Klaim tersebut, salah satunya, bisa terlihat dari upaya PT Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menggaet sebanyak mungkin perusahaan yang tertarik memanfaatkan pendanaan dari pasar modal dan beralih status dari semula perusahaan privat atau tertutup, menjadi perusahaan publik alias terbuka (Tbk).
Di sepanjang tahun 2022 (hingga pertengahan Desember), BEI berhasil menggaet sedikitnya 59 emiten baru, dengan melepas sebagian persen sahamnya ke publik melalui mekanisme Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO).
Jumlah tersebut terhitung tumbuh 9,25 persen, dari perolehan di 2021, di mana emiten baru yang berhasil digaet tercatat sebanyak 54 emiten hingga akhir tahun. Di lain pihak, dengan penambahan tahun ini, maka total emiten yang kini telah melantai di pasar modal nasional secara keseluruhan telah mencapai 825 emiten.
Sedangkan secara total emisi yang berhasil dihimpun, keseluruhan proses IPO yang dilakukan tahun ini berhasil mendatangkan dana segar hingga Rp33,022 triliun.
Dibanding 2021, jumlah emisi tersebut memang menyusut hingga 47,25 persen, mengingat total perolehan dana hasil IPO di sepanjang tahun lalu tercatat mencapai Rp62,61 triliun.
Tingginya perolehan tahun lalu tersebut, terutama ditopang oleh proses IPO PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), yang mampu meraup nilai emisi hingga Rp21,9 triliun, yang sekaligus menjadi catatan nilai perolehan IPO terbesar sepanjang sejarah pasar modal nasional, hingga saat ini.
Dengan hadirnya saham BUKA, yang proses pencatatan perdananya dilakukan pada Jumat (6/8/2021) itu, nilai perolehan emisi pasar modal di 2021 terhitung melesat hingga 1.071 persen, dibandingkan total emisi yang terkumpul dari proses IPO sepanjang 2020, yang 'hanya' mencapai Rp5,58 triliun.
Tak hanya itu, dengan torehan nilai emisi total mencapai Rp62,61 triliun, maka BEI terhitung sukses mencatatkan sejarah sebagai perolehan dana tertinggi dalam setahun, di sepanjang sejarah pasar modal nasional.
Selain itu, kesuksesan menggaet 54 emiten baru saat itu juga mengantarkan pasar modal Indonesia sebagai jawara di kawasan Aia Tenggara, mengungguli Thailand dengan jumlah emiten baru sebanyak 38 perusahaan, Malaysia 29 perusahaan, Singapura delapan perusahaan dan Filipina lima emiten baru.
Sementara, jika di tahun lalu Bukalapak tampil sebagai The Rising Star, di tahun ini nilai IPO terbesar secara nasional ditempati oleh PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), dengan perolehan emisi total mencapai Rp13,727 triliun.
Selanjutnya, PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) alias Blibli.com, menguntit di posisi kedua, dengan nilai emisi yang berhasil dihimpun dari proses IPO sebesar Rp7,99 triliun.
Sedangkan di posisi ketiga, ada PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA), perusahaan di bawah naungan Grup Sinar Mas yang juga dikenal dengan nama Moratelindo, dengan perolehan nilai emisi sebesar Rp1 triliun.
Di luar ketiga nama tersebut, perusahaan-perusahaan yang sukses IPO di tahun ini terbukti hanya mampu meraup dana di kisaran ratusan miliar rupiah, dan bahkan tak sedikit yang total nilai emisi hasil IPO-nya berada di bawah Rp100 miliar.
Berdasarkan data yang dihimpun idxchannel.com, proses IPO yang menghasilkan dana segar ratusan miliar tercatat sebanyak 33 emiten. Sementara, 23 emiten baru lainnya hanya mampu meraup dana IPO dalam hitungan delapan digit saja. Bahkan, 10 IPO diantaranya tercatat hanya menghasilkan dana di bawah Rp50 miliar.
Dengan periode tahun ini yang hanya menyisakan waktu belasan hari saja, BEI mencatat masih ada 42 perusahaan lagi yang antre dan tercatat dalam pipeline IPO hingga akhir tahun.
"Berdasarkan data per 9 Desember lalu, masih ada 42 perusahaan yang ada di pipeline IPO kami. Terbanyak dari sektor konsumer siklikal, teknologi, properti dan real estate," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, Senin (12/12/2022).
Secara lebih rinci, menurut Nyoman, perusahaan konsumer siklikal yang berada di pipeline tercatat sebanyak tujuh perusahaan. Sedangkan sektor properti & real estate serta teknologi masing-masing terdapat enam perusahaan, serta dari sektor energi sebanyak lima perusahaan.
Selanjutnya, dari sektor transportasi dan logistik ada empat perusahaan, lalu sektor infrastruktur dan layanan kesehatan (healthcare) masing-masing tiga perusahaan.
"Terakhir, sektor bahan baku, industri, konsumer non siklikal, dan finansial masing-masing ada dua perusahaan," ungkap Nyoman.
Dengan waktu tersisa yang semakin menipis hingga akhir tahun, Nyoman mengakui bahwa ada kemungkinan, dan bahkan berpotensi besar proses IPO bakal digeser dan baru akan terlaksana pada tahun depan.
"Bisa saja seperti itu," tegas Nyoman. (TSA)