MARKET NEWS

Kaleidoskop 2022: Panin, BUMI, hingga GOTO, Deretan Saham Populer Tahun Ini

Aldo Fernando - Riset 12/12/2022 13:45 WIB

Kenaikan yang tinggi atau malah penurunan yang tajam menjadi biang ‘kepopuleran’ saham-saham tersebut pada tahun ini.  

Kaleidoskop 2022: Panin, BUMI, hingga GOTO, Deretan Saham Populer Tahun Ini. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Sejumlah saham menjadi sorotan investor sepanjang 2022. Kenaikan yang tinggi atau malah penurunan yang tajam menjadi biang ‘kepopuleran’ saham-saham tersebut pada tahun ini.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri bergerak fluktuatif hingga pertengahan Desember.

Kinerja IHSG sempat melonjak 11,19 persen secara year to date (ytd), ketika indeks menyentuh level tertinggi (ATH) harian pada 13 September di angka 7.318,02.

Namun, per penutupan sesi I, Senin (12/12/2022), kenaikan YtD IHSG tinggal ‘tersisa’ 1,55 persen di level 6.683,51. Ini berkat penurunan tajam selama 12 hari beruntun selama Desember di tengah tekanan aksi jual terhadap saham utama (big cap). (Lihat grafik di bawah ini.)

Alhasil, setelah sempat lama menduduki pucuk klasemen bursa saham dengan kinerja terbaik selama 2022 di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik, IHSG akhirnya turun peringkat.

Kabar baiknya, peringkat IHSG masih terbilang oke punya. Per 9 Desember, IHSG berada di posisi kedua di ASEAN dan ketiga di Asia Pasifik bursa saham berkinerja baik tahun ini.

Nah, berikut Tim Riset IDX Channel merangkum sejumlah saham yang sempat menjadi perbincangan panas sepanjang 2022.

Adaro Minerals (ADMR)

Saham pertama yang sempat membuat kehebohan di awal tahun ini adalah PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR). Anak usaha Grup Adaro (ADRO) ini melantai (IPO) pada 3 Januari 2022 di harga penawaran Rp100 per saham.

Tak dinyana, harga sahamnya langsung melejit tinggi. Bahkan, di tengah sesi perdagangan 20 April lalu, ADMR sempat melonjak ke Rp3.140 per saham. Ini artinya, harga saham ADMR sempat meroket 3.040 persen!

Semenjak menyentuh harga tersebut, saham ADMR merosot ke level Rp1.550-an. Adapun, sejak Juli, saham ini cenderung sideways di level Rp1.600 hingga Rp2.000-an.

Per sesi I 12 Desember, kinerja ADMR masih menjadi yang terbaik di bursa, melambung 1.570 persen di harga Rp1.670 per saham.

Rukun Raharja (RAJA)

Nama Hapsoro Sukmonohadi alias Happy Hapsoro menggema di kalangan pelaku pasar sepanjang 2022. Ini berkaitan dengan saham distributor migas milik suami Ketua DPR RI Puan Maharani tersebut, PT Rukun Raharja Tbk (RAJA).

Harga saham RAJA tiba-tiba melambung tinggi di awal Juli setelah sempat cenderung stagnan di level Rp170-Rp180an dari awal tahun.

Kenaikan signifikan itu terlihat ketika harga saham RAJA melompat dari Rp330-an di awal Juli ke Rp1.125 pada 12 Agustus.

Bahkan, saham RAJA sempat menyentuh Rp1.200-an pada medio September.

Sementara, per 12 Desember, harga saham RAJA berada di level Rp940 per saham, tetap menjadi salah satu top gainers (+416 persen YtD).

Sebenarnya, bukan hanya karena RAJA Happy mendapat perhatian di pasar.

Aksi akuisisi dua emiten kecil oleh pengusaha yang jarang nongol di publik tersebut turut meriuhkan pasar.

Kedua saham yang dimaksud adalah emiten pengelola hostel PT Singaraja Putra Tbk (SINI) dan pengelola properti resort di Bali PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA).

Seiring akuisisi, saham SINI sempat melonjak hingga batas auto rejection atas (ARA) selama 8 hari beruntun dalam periode 21-30 November. Bersamaan dengan itu, dalam periode yang sama, saham SINI sempat terbang 404 persen.

Sebelum SINI, aksi pencaplokan oleh perusahaan terafiliasi Happy terhadap MINA turut membuat harga saham tersebut bergerak ke utara.

Harga saham MINA melonjak hingga ARA (khusus saham dengan notasi khusus) 10 persen selama 6 hari beruntun. Per Rabu (30/11), saham MINA diperdagangkan di harga Rp86 per saham atau sudah naik 72 persen hanya dalam waktu 6 hari.

Ini terjadi usai pihak bursa membuka gembok suspensi saham MINA sejak  Senin lalu (28/11).

Sebelumnya, MINA sering nyender atau berdiam di level gocap atau Rp50 per saham sejak 2020 lalu.

Panin Bank (PNBN) dan Grup Panin

Panin Group dan akuisisi berkaitan erat akhir-akhir ini.

Kabar pasar akuisisi menjadi ‘bahan bakar’ kenaikan harga saham PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) atau Panin Bank dan saham Panin Group lainnya dalam beberapa waktu terakhir.

Ini berawal dari rumor akuisisi dua raksasa keuangan Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG)dan Sumitomo, pada Juli dan terus bergulir hingga Desember ini.

Kabar teranyar, mengutip pemberitaan Dealstreetasia.com, Kamis (8/12/2022), menurut sejumlah sumber yang mengetahui hal tersebut, Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) dikabarkan kemungkinan menjadi yang terdepan untuk mengakuisisi saham pengendali PNBN.

Ini terjadi setelah pesaing SMFG yang juga asal Jepang, MUFG, yang disebut-sebut turut berminat mengakuisisi Bank Panin, tidak lagi aktif mengejar kesepakatan tersebut.

Saat dihubungi IDXChannel, Presiden Direktur Bank Panin Herwidayatmo mengungkapkan, pihaknya tidak mengetahui mengenai kabar tersebut.

“Saya malah tidak tahu apa-apa. Belum ada pemberitahuan dari Pemegang Saham Pengendali Terakhir PaninBank,” jelas Herwidayatmo kepada IDXChannel, Kamis (8/12).

Asal tahu saja, seiring dengan rumor akuisisi di atas, harga saham PNBN dan sejumlah saham Panin Group lainnya sempat melonjak tinggi beberapa waktu lalu.

Saham PNBN, misalnya, sempat menembus level tertinggi sepanjang masa (all time high) di angka Rp2.780 per saham pada 25 Oktober 2022.

Sido Muncul (SIDO)

Saham farmasi dan produsen jamu herbal PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), yang sering dianggap saham defensif, sempat menghentak para pelaku pasar.

Hal tersebut terjadi ketika terjadi tekanan jual besar di saham SIDO pada awal Agustus lalu. Penyebabnya adalah investor melego saham SIDO besar-besaran seiring kinerja keuangan yang tidak memuaskan.

Saham SIDO bahkan sempat turun hingga batas auto rejection bawah (ARB) selama 2 hari beruntun pada Agustus.

Seiring dengan itu, saham SIDO tiba-tiba terjungkal dari level Rp900-Rp1.000-an ke Rp630-an pada Oktober.

Per 12 Desember, SIDO diperdagangkan di harga Rp765 per saham, minus 11,56 ytd.

Bumi Resources (BUMI)

Kali ini kita melihat sepak terjang saham yang sempat menjadi pegangan ‘sejuta umat’, PT Bumi Resources Tbk (BUMI).

Saham emiten batu bara tersebut bangkit dari level Rp50-Rp60-an sejak awal tahun hingga tengah Juli menuju Rp240-an pada 6 September.

Kinerja keuangan yang moncer berkat meroketnya harga batu bara global dan ditambah aksi korporasi masuknya Grup Salim yang berdampak ke pelunasan utang perseroan menjadi katalis positif bagi saham BUMI tahun ini.

Saat ini, harga saham emiten yang kini dikendalikan bersama-sama oleh Grup Bakrie dan Grup Salim tersebut berada di Rp176 per saham alias melonjak 162 persen YtD.

GoTo Gojek Tokopedia (GOTO)

Selanjutnya, saham yang terus dibicarakan akhir-akhir ini, PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Saham emiten jasa ojek dan antar makanan online serta e-commerce tersebut mengalami penurunan harga yang signifikan.

Harga saham GOTO konsisten turun sejak 21 November hingga penutupan sesi I 12 Desember. Artinya, saham GOTO sudah turun selama 16 hari bursa, dengan 11 kali beruntun anjlok hingga ARB.

Dus, sejak ditutup di Rp222 per saham pada 18 November, saham GOTO sudah ‘terjun bebas’ hingga minus 60,81 persen.

Kemudian, sejak melantai pada 11 April 2022, saham GOTO sudah anjlok 74,26 persen ke Rp87 per saham (level terendah). Dengan kata lain, kapitalisasi pasar (market cap) GOTO turun drastis dari sempat Rp400-an triliun menjadi Rp103 triliun.

Sentimen makro global, aksi pemutusan hubungan kerja (PHK), kinerja bottom line (terus merugi) hingga berakhirnya periode lock-up saham per 30 November lalu, menjadi sentimen utama penurunan saham GOTO.

Saham ‘Hot’ Lainnya

Sebenarnya, masih ada banyak saham populer lainnya selain yang dibahas di muka

Untuk menyebut beberapa, saham emiten batu bara PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) yang meroket 280 persen YtD hingga PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang terbang 372 persen sejak awal tahun. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE