MARKET NEWS

Kejar Djarum, Prajogo Pangestu Kuasai 7,02 Persen Saham SSIA

Rahmat Fiansyah 18/08/2025 18:15 WIB

Konglomerat Prajogo Pangestu terus memborong saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA).

Konglomerat Prajogo Pangestu terus memborong saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA). (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Konglomerat Prajogo Pangestu terus memborong saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA). Kendati demikian, keluarga Hartono masih menjadi pemegang saham terbesar SSIA.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dikutip Senin (18/8/2025), Prajogo tercatat membeli lebih dari 15 juta saham SSIA pada periode 13-14 Agustus 2025. Aksi beli tersebut dilakukan lewat Henan Putihrai Asset Management (HPAM).

Saat ini, Prajogo memiliki 330,37 juta saham SSIA atau setara 7,02 persen dari total saham yang dikeluarkan oleh perseroan. Sementara itu, Hartono lewat PT Dwimuria Investama Andalan memiliki 482 juta saham SSIA atau setara 10,24 persen saham.

Hartono menjadi pemegang saham terbesar SSIA, diikuti PT Arman Investments (8,52 persen), Intrepid Investment Ltd (8,2 persen), dan Persada Capital Investama (7,8 persen). Prajogo lewat HPAM berada di posisi keempat dengan porsi 7,02 persen. 

Di samping itu, porsi saham publik (free float) di SSIA juga terus berkurang. Jika porsi free float pada akhir 2024 masih tercatat lebih dari 70 persen, kini angkanya mendekati 50 persen.

Analis Trimegah Sekuritas, Albert Jonah Kusuma menggunakan karya klasik China Zaman Tiga Kerajaan sebagai metafora perebutan SSIA. 

Dalam riset bertajuk "Romance of The Three Kingdom", SSIA kini tengah diperebutkan oleh dua pemegang saham baru, Grup Djarum dan Grup Barito dan pemegang saham lama, yakni Arman Investments Utama, Intrepid Investments Ltd, dan Persada Capital. Pemegang saham lama belum melepas saham SSIA di tengah kabar masuknya dua taipan.

"Penguasa lama yang selama bertahun-tahun menjadi tulang punggung SSIA  kini tengah menjaga legacy mereka dengan penuh keyakinan sekaligus mempertahankan posisinya dengan kuat," katanya dalam riset yang dirilis 15 Juli 2025.

"Dengan berubahnya peta kepemilikan, mereka bisa saja memperkuat kepemilikan saham dengan membentuk koalisi dan mempertahankan pengaruh, atau mereka bisa melakukan divestasi strategis dan membuka ruang negosiasi dengan pemegang saham baru," ujar Albert.

Menurut Albert, SSIA pantas diperebutkan karena memiliki portofolio yang strategis. Di segmen properti, perseroan memiliki kawasan industri dengan luas lebih dari 2.600 hektare (ha).

"Lokasinya strategis dekat Pelabuhan Patimban, jaringan tol Trans Jawa, Bandara Kertajati, dan rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya," katanya.

Dengan portofolio ini, kata dia, aset-aset milik Surya Internusa semakin matang dan membuka peluang untuk dimonetisasi. Dia pun menghitung RNAV SSIA pada 2025 mencapai Rp3.300 per saham.

Valuasi tersebut mencakup kawasan industri (Rp9,44 triliun), properti investasi (Rp4,06 triliun), jasa konstruksi (Rp430 miliar), dan kas setelah dikurangi utang (Rp1,7 triliun).

>

(Rahmat Fiansyah)

SHARE