Kisah Chairul Tanjung, Tetap Setia Pegang Saham GIAA Walau Boncos Gede
Selama menggenggam saham Garuda Indonesia (GIAA), Chairul Tanjung justru mengalami kerugian dari penurunan saham GIAA.
IDXChannel – Chairul Tanjung mengalami sejumlah kerugian ketika menanamkan sahamnya di PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Terlebih, usai melewatkan right issue GIAA, porsi kepemilikan saham Chairul Tanjung di emiten ini kembali menyusut.
Tercatat, bos CT Corp tersebut membeli saham maskapai penerbangan tersebut melalui PT Trans Airways pada tahun 2012 lalu, sebelum initial public offering (IPO), yakni sebesar Rp620/saham.
Di tahun yang sama, Chairul Tanjung menyuntikkan dana sebesar USD250 juta atau setara dengan Rp2 trilliun dengan asumsi kurs Rp8.000/USD pada tahun 2012.
Di samping itu, pada 2021 lalu, pendiri CT Corp tersebut turut menambah kepemilikan sahamnya di emiten penerbangan ini senilai Rp317,23 miliar.
Adapun, mengutip keterbukaan informasi, PT Trans Airways mengambil alih kepemilikan saham Finegold Resouces di GIAA sebanyak 635,74 juta saham dengan harga pelaksanaan Rp499/saham.
Dengan demikian, bos CT Corp ini telah menggelontorkan dana pribadinya hingga Rp2,32 triliun untuk menguasai GIAA.
Sayangnya, bukannya cuan, saham GIAA justru malah semakin merosot. Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (1/2), harga saham GIAA sudah ambruk menyentuh Rp99/saham.
Artinya, Chairul Tanjung kembali boncos akibat ambruknya saham GIAA hingga 84,03 persen dibanding harga saham yang ia beli pada tahun 2012 lalu.
Ogah Ikut Right Issue GIAA, Kepemilikan Saham CT Susut 16,9 Persen
Tak hanya mengalami kerugian dari ambruknya saham GIAA, kepemilikan saham Chairul Tanjung di emiten penerbangan ini juga terus menyusut.
Adapun, bos CT Corp tersebut melalui PT Trans Airways tercatat tidak berpartisipasi dalam aksi korporasi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau right issue pemegang saham GIAA yang diumumkan pada 30 Desember 2022 lalu.
Akibatnya, kepemilikan saham Chairul Tanjung di GIAA anjlok hingga 16,9 persen.
Padahal, Sebelumnya, PT Trans Airways menggenggam saham GIAA sebesar 28,27 persen. Namun, usai melewatkan aksi korporasi tersebut, kepemilikan saham PT Trans Airways terdilusi menjadi 11,37 persen meskipun memiliki lembar saham yang sama.
Mengutip prospektus dalam keterbukaan informasi pada 12 Oktober 2022 lalu, pemegang saham GIAA yang tidak menggunakan haknya untuk melaksanakan HMETD dapat terdilusi maksimum hingga 78,86 persen.
Informasi saja, GIAA menerbitkan sebanyak 63,2 miliar saham baru seri C dengan harga pelaksanaan sebesar Rp196/saham .
Adapun, jumlah tersebut mewakili 70,95 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah right issue.
Sementara, pemerintah Republik Indonesia telah melaksanakan hak right issue sesuai porsi dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp7,5 triliun.
Di samping itu, melalui aksi korporasi tersebut, GIAA mendapatkan tambahan modal sebesar Rp12,3 triliun.
Setelah menyusut usai tak ikut right issue GIAA, kepemilikan saham Chairul Tanjung di emiten ini kembali berkurang.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 31 Desember 2022, kepemilikan saham PT Trans Airways di GIAA kini hanya sebesar 7,99 persen.
Selain itu, sebagai komisaris GIAA, Chairul Tanjung juga memiliki saham GIAA atas nama dirinya sebesar 0,0022 persen.
Periset: Melati Kristina
(ADF)