Koreksi Saham Bank Dinilai Berlebihan, Saat Tepat buat Akumulasi?
Tekanan jual pada saham perbankan Indonesia belakangan ini dinilai lebih dipicu sentimen makro ketimbang melemahnya fundamental.
IDXChannel - Tekanan jual pada saham perbankan Indonesia belakangan ini dinilai lebih dipicu sentimen makro ketimbang melemahnya fundamental.
Dalam riset bertanggal 11 September 2025, Sucor Sekuritas tetap mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor ini.
Menurut analis, likuiditas perbankan menunjukkan perbaikan seiring penurunan outstanding Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) menjadi Rp740 triliun pada Juli 2025, dari puncaknya Rp969 triliun pada November 2024.
Imbal hasil SRBI juga turun tajam dari 7,3 persen pada awal tahun menjadi sekitar 5 persen, sejalan dengan turunnya imbal hasil obligasi pemerintah. Sementara itu, pertumbuhan uang beredar (M2) kembali menguat ke 6,5 persen yoy pada Juli, naik dari 2,5 persen pada Mei.
“Perbaikan likuiditas ini memberi ruang bagi bank untuk menurunkan biaya dana, sehingga potensi NIM bisa kembali pulih di paruh kedua tahun ini,” kata analis Sucor.
Dari sisi kualitas aset, rasio non-performing loan (NPL) industri per Juni 2025 tercatat 2,2 persen, relatif stabil, dengan rasio kredit dengan perhatian khusus (SML) di 4,5 persen. Lima bank besar juga masih memiliki buffer pencadangan (LLR) yang kuat di atas rata-rata pra-pandemi, sehingga dinilai cukup aman menghadapi risiko kredit.
Sucor memperkirakan pertumbuhan kredit akan lebih baik di semester kedua, ditopang pencairan belanja fiskal, investasi swasta, dan konsumsi rumah tangga yang meningkat jelang akhir tahun. Meski target pertumbuhan kredit 2025 tetap konservatif di 8 persen, arah perbaikan dinilai mulai terlihat.
Secara valuasi, sektor perbankan kini diperdagangkan di bawah minus satu deviasi standar dari rata-rata 10 tahun rasio price-to book value (PBV), mendekati level saat pandemi Covid-19. “Kondisi ini menunjukkan sebagian besar sentimen negatif sudah tercermin dalam harga saham,” ujar Sucor.
Sucor menambahkan, “Kami melihat ketidaksesuaian valuasi ini sebagai peluang bagi investor jangka panjang untuk mengakumulasi saham bank berkualitas dengan profitabilitas yang berkelanjutan.”
Untuk saham pilihan, Sucor merekomendasikan BBCA dengan target harga Rp11.500 berkat fundamental yang tangguh dan kualitas aset yang terjaga, serta BBRI dengan target Rp5.300 karena valuasi menarik, dividend yield yang atraktif, dan buffer pencadangan kuat.
Meski prospek membaik, Sucor mengingatkan sejumlah risiko yang perlu diperhatikan, antara lain isu seputar peran Danantara di Himbara, ketidakpastian pencairan stimulus fiskal, potensi kompetisi dana pihak ketiga (DPK) yang bisa kembali menekan biaya dana, serta risiko kredit di segmen bawah jika pemulihan daya beli melambat. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.