Laba Naik 12 Persen di Awal Tahun, Begini Sejarah Saham BRPT
Sejarah Saham BRPT (PT Barito Pacific Tbk) dimulai pada tanggal 11 Agustus 1993, BRPT memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan IPO.
IDXChannel - Sejarah Saham BRPT (PT Barito Pacific Tbk) dimulai pada tanggal 11 Agustus 1993, BRPT memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BRPT (IPO).
PT Barito Pacific Tbk adalah industri dengan pembangkit listrik dan petrokimia sebagai bisnis intinya. Dari awal berdirinya hingga saat ini, BRPT memiliki pabrik di Kalimantan. Saat ini, PT Barito Pacific Tbk memiliki beberapa bidang usaha antara lain petrokimia, energi, real estate, logistik, Produksi Lem, dan lainnya.
Sejarah Saham BRPT
PT Barito Pacific Tbk didirikan pada tanggal 4 April 1978 dengan nama PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan. Namun, operasi komersial baru dimulai pada tahun 1983 di pabrik Jelapat di Banjarmasin, Kalimantan.
Kode saham kemudian BRPT diubah menjadi PT Barito Pacific Timber Tbk ketika memutuskan untuk go public. Pada tahun 2007, Barito menjadi pemilik mayoritas CAP. Kemudian dimiliki PT Tri Polyta Indonesia Tbk pada tahun 2008, yang akhirnya dilebur menjadi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.
Pada tahun 2018, BRPT mengakuisisi saham Star Energy, sebuah perusahaan energi panas bumi raksasa di Indonesia dan terbesar ketiga di dunia. PT Barito Pacific Timber akhirnya memutuskan untuk menjadi perusahaan publik setelah menjalankan bisnis secara komersial selama sekitar sepuluh tahun.
PT Barito Pacific Timber melakukan IPO setelah menerima pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK pada tanggal 11 Agustus 1993. Kemudian menawarkan saham perdana sebanyak 85.000.000 saham senilai Rp1000 per saham. Beberapa minggu kemudian, BRPT resmi mencatatkan sahamnya di BEI, tepatnya 1 Oktober 1993. Saat itu harga permintaan sebenarnya adalah Rp7200 per saham.
Laporan Keuangan BRPT
PT Barito Pasifik Tbk. melaporkan pendapatan sebesar USD813 juta untuk kuartal pertama tahun 2022 atau meningkat 12% dengan EBITDA konsolidasi sebesar USD134 juta. Total aset BRPT untuk periode tersebut adalah USD9,31 miliar, dibandingkan dengan USD9,24 miliar pada akhir tahun 2021. Jumlah ini sedikit lebih tinggi dengan saldo kas USD1,64 miliar, yang sebagian besar berasal dari keberhasilan pelepasan hak kepada anak perusahaannya, Chandra Asri.
Total liabilitas per 31 Maret 2022 adalah USD4,97 miliar, dibandingkan dengan USD4,97 miliar pada tahun sebelumnya. Perusahaan juga berencana untuk membayar dividen tunai sebesar USD20 juta, atau 18% dari laba bersih perusahaan sebesar USD109,11 juta, selama tahun 2021.
Selain itu, RUPS perusahaan juga memutuskan untuk mengalokasikan 1% dari laba bersih atau USD1,1 juta untuk dana cadangan berdasarkan Pasal 70 ayat 1 UUPT. Sementara itu, sisa USD88,01 juta, atau 81% dari laba bersih tahun 2021, disisihkan sebagai laba ditahan untuk membiayai operasional usaha perseroan di masa mendatang, demikian menurut laporan perseroan pada bagian keterbukaan informasi pada RUPST. (SNP)