MARKET NEWS

Lagi Genjot Produksi Tambang China Diterjang Banjir, Harga Batu Bara Kembali Melambung

Dinar Fitra Maghiszha 13/10/2021 13:57 WIB

Pemerintah China sedang berupaya menggenjot produksi batu baranya pasca memutuskan memblokir pasokan batu bara dari Australia.

Lagi Genjot Produksi Tambang China Diterjang Banjir, Harga Batu Bara Kembali Melambung (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah China sedang berupaya menggenjot produksi batu baranya pasca memutuskan memblokir pasokan batu bara dari Australia. Namun, akibat hujan yang terus melanda, banyak tambang kebanjiran. 

Kondisi tersebut membuat harga batu bara termal China menyentuh rekor tertingginya pada Rabu (13/10) dipicu bencana banjir yang menerjang pusat produksi di wilayah Shanxi, sebagai penghasil utama batu bara di negeri tirai bambu.

Pemerintah daerah di lokasi produksi Shanxi dan Mongolia Dalam telah memerintahkan sekitar 200 tambang untuk meningkatkan produksi, tetapi hujan yang tak kunjung berhenti telah membanjiri setidaknya 60 tambang di wilayah tersebut.

Empat tambang dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 4,8 juta ton telah ditutup, menurut seorang pejabat daerah dalam konferensi pers, Selasa (12/10), dilansir Reuters, Rabu(13/10/2021).

Hal ini membuat kondisi pasokan semakin kritis mengingat Beijing saat ini sedang berupaya untuk meliberalisasi harga listrik dalam rangka mendorong permintaan.

Harga batu bara termal Zhengzhou menyentuh rekor tertingginya sebesar USD 254,44 ton pada awal perdagangan Rabu (13/10), setelah melonjak hampir tiga kali lipat pada tahun ini.

Data juga menunjukkan impor batu bara China naik pada September lalu sebesar 32,88 juta ton atau 76 persen dari tahun sebelumnya, menurut data kepabeanan.

China, konsumen batu bara terbesar di dunia sedang bergulat dengan krisis energi yang disebabkan oleh kurangnya pasokan serta naiknya harga bahan bakar.

Pemerintah telah mengambil berbagai langkah untuk meningkatan produksi 'si hitam' dan mengelola permintaan listrik di industri pembangkit, sedangkan produsen listrik lainnya tengah meningkatkan impor.

Pasokan dari Rusia dan Mongolia telah dibatasi oleh kapasitas pengiriman kereta api, sedangkan pengiriman dari Indonesia masih terhambat oleh cuaca.

Kenaikan harga di China belakangan terjadi setelah Beijing mengumumkan bakal mengenakan tarif listrik berbasis 'market-based price' alias mempertimbangkan situasi pasar untuk menetapkan harga kepada para pelanggan. Hal ini diklaim sebagai bentuk terobosan untuk memungkinkan industri mengunci harga listrik dengan pemasok. (RAMA)

SHARE