MARKET NEWS

Lebih Banyak Pilihan Penawaran, Bagaimana Prospek Pasar SBN RI di 2023?

Maulina Ulfa - Riset 06/01/2023 12:44 WIB

Tingkat imbal hasil absolut tinggi menambah daya tarik pasar obligasi di tahun 2023

Lebih Banyak Pilihan Penawaran, Bagaimana Prospek Pasar SBN RI di 2023? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah bakal membuat aturan baru terkait penerbitan Surat Berharga Negara (SBN). Salah satunya, menawarkan dua jenis SBN ritel sekaligus dalam satu masa penawaran. 

Hal ini disampaikan Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Deni Ridwan di akun instagramnya.

Di akhir tahun lalu, dalam akun @kangdeni.ridwan, dia menjelaskan investor nantinya akan punya lebih banyak alternatif dalam membeli SBN ritel lewat aturan baru ini.

"Dalam satu masa penawaran akan ditawarkan dua jenis SBN ritel yang berbeda. Misalnya pada periode penawaran SBR yang reguler tenor 2 tahun akan ditawarkan SBR (Saving Bond Ritel) tenor lebih panjang dengan kupon/imbal hasil yang lebih maksimal," ungkap Deni dalam akun Instagram-nya.

Adapun SBR adalah Surat Utang Negara (SUN) yang diterbitkan pemerintah untuk individu Warga Negara Indonesia (WNI). SBR juga bisa menjadi alternatif investasi yang aman, mudah, terjangkau, dan menguntungkan.

Dengan aturan baru ini, investor memiliki lebih banyak kesempatan untuk berinvestasi di SBN. Aturan baru ini juga diharapkan dapat mendorong peningkatan porsi kepemilikan dari investor lokal di masa depan.

Sebelumnya, pemerintah mengatakan mengatakan porsi kepemilikan SBN yang minim asing menjadi salah satu kunci kokohnya ekonomi makro RI. Namun, kini ramai-ramai asing menanamkan modal di SBN RI.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), hingga akhir 2022, asing hanya memiliki SBN sekitar belasan persen saja. Per 20 Desember lalu, kepemilikan asing di SBN mencapai 14,72% atau sebesar Rp738,45 triliun. 

Walaupun, apabila dilihat secara year to date (YTD), RI telah kehilangan capital outflow (aliran dana asing yang keluar) dari SBN sebesar 15,57%.

Adapun Pemerintah akan menaikkan alokasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel 2023 menjadi Rp130 triliun. Angka ini naik dari target 2022 yang hanya Rp100 triliun. 

Tercatat, jumlah investor baru SBN tembus 131.194 investor atau 135,3% dari target 2022 yang hanya 97 ribu investor. Dengan pembeli kupon SR017 mencatatkan angka terbanyak sebesar 65362 investor. (Lihat tabel di bawah ini.)

Prospek Pasar SBN 2023

Era suku bunga tinggi menyebabkan pasar obligasi sejumlah negara kembali riuh di tahun lalu, tak terkecuali Indonesia.

Mengutip AXA Investmen Managers, pasar obligasi global pada 2022 menghadapi tantangan yang sama dengan tahun 1994. Tahun tersebut ditandai dengan penyesuaian suku bunga secara besar-besaran dan tidak terduga.

Tekanan inflasi yang dipicu oleh konflik geopolitik dan ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan menyebabkan bank sentral secara tiba-tiba memperketat kebijakan moneter dan menaikkan suku bunga acuan.

Laju kenaikan suku bunga begitu cepat, belum pernah terlihat sebelumnya dalam sejarah pasar keuangan. Sehingga semua kelas aset terkena dampaknya, termasuk pasar obligasi yang kian menarik.

“Mengingat konteks pasar ini dan tahun yang sulit, kami yakin prospek tahun 2023 mulai cerah. Di antaranya adalah tingkat imbal hasil absolut tertinggi, yang menambah daya tarik pasar obligasi,” ungkap proyeksi AXA dalam rilis Outlook 2023: the bond market's revenge?, dikutip Jumat, (6/01)

Adapun mengutip data Trading Economics, yield atau imbal hasil obligasi 10 tahun Indonesia mencapai 6,97% per Jumat, 6 Januari 2023.

Di sisi lain, asing tampaknya lebih memilih memarkir dananya di pasar obligasi pemerintah RI ketimbang di bursa saham saat ini.

Hal ini karena potensi resesi pada 2023 kemungkinan turut menjadi alasan asing berinvestasi di aset berisiko rendah. Selain itu, dampak pembukaan lockdown di China yang mendorong bergeliatnya pasar Asia, termasuk obligasi pemerintah.

Sebagai informasi, selama 2022, dana asing mengalir deras ke setidaknya 4 pasar saham Asia Tenggara.

Sebut saja, Thailand sebesar USD5.960 juta, Indonesia USD4.267 juta (sekitar Rp66-an triliun), Malaysia mencapai USD1.096 juta, dan Vietnam USD966 juta.

Tahun lalu, kestabilan inflasi hingga tangguhnya mata uang lokal negara ASEAN, membuat investor menanamkan modal ke kawasan ini. (ADF)

SHARE