Mei Lalu Loyo, Bagaimana Nasib IHSG Sepanjang Bulan Ini?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama Mei lalu merosot sebanyak 1,1 persen di tengah fluktuasi yang tinggi. Bagaimana nasib IHSG sepanjang Juni ini?
IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama Mei lalu merosot sebanyak 1,1 persen di tengah fluktuasi yang tinggi. Bagaimana nasib IHSG sepanjang Juni ini?
Per hari ini, Kamis (9/6/2022) pukul 15.05 WIB, IHSG memerah dan turun sebesar 0,15 persen di level 7.182,83.
Menurut proyeksi Mirae Asset Sekuritas , IHSG pada Juni ini akan bergerak terbatas. Pergerakan tersebut dipengaruhi oleh aksi korporasi seperti musim bagi dividen dan aksi korporasi penambahan modal via right issue.
Sementara cadangan devisa, indeks keyakinan konsumen, serta pergerakan komoditas turut menjadi faktor pendorong pergerakan IHSG.
“Support [IHSG] berada di level 6.765, sementara resistance di level 7.280 dengan trend line konsolidasi di level 7.087. Sedangkan target IHSG di bulan ini akan berada di level 7.158,” tulis Mirae Asset dalam laporannya yang bertajuk “Monthly Market Review”, pada Juni 2022.
Indeks Keyakinan Konsumen meningkat dari tahun sebelumnya berada di angka 119,6. Namun indeks tersebut terus menurun di bulan berikutnya hingga menyentuh angka 111 di bulan Maret.
Akan tetapi, pada bulan April indeks tersebut kembali menguat hingga 113,1. Penguatan tersebut sejalan dengan kasus terkonfirmasi Covid-19 yang semakin mereda sehingga turut mendorong optimisme pemulihan ekonomi.
“Pelonggaran restriksi dari pemerintah dan peningkatan mobilitas masyarakat memberikan efek positif terhadap kenaikan indeks keyakinan konsumen di bulan April,” ungkap laporan Mirae Asset.
Bahkan, indeks Keyakinan Konsumen per Mei 2022 yang dirilis hari ini, Rabu (9/9), naik menjadi 128,9, melesat jauh dari sebelumnya di angka 113,1. Ini menjadi indikator mulai pedenya konsumen RI saat ini.
Selain indeks keyakinan konsumen, pembagian dividen menjadi salah satu faktor pendorong IHSG di bulan ini. Tercatat pada hari ini, Kamis (9/6/2022), terdapat sejumlah perusahaan besar yang membayarkan dividennya di akhir bulan ini. Adapun emiten tersebut adalah PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Sinar Mas Agro Resources & Technolgy Tbk (SMAR), dan PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL).
Tidak ketinggalan, investor juga akan menunggu data neraca dagang RI per Mei pada 15 Juni dan keputusan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada 23 Juni mendatang. Khusus yang terakhir, pelaku pasar akan menyimak apakah akhirnya BI menaikkan suku bunga acuan menjadi 3,75% di tengah merangkaknya inflasi, setelah selama 15 bulan menahan suku bunga di level 3,5%.
Suku bunga 3,5% merupakan menjadi yang terendah sepanjang sejarah.
Sentimen Eksternal Masih ‘Menghantui’
Ekonomi sedang dihantui ketidakpastian di tengah konflik Rusia-Ukraina. Sisi lainnya, yang menguntukan Indonesia sebagai negara produsen komodias, Mirae Asset mengatakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina pada tahun ini turut mendorong kenaikan signifikan pada harga komoditas.
Adapun berdasarkan rangkuman data Mirae Asset, komoditas yang mencatatkan peningkatan harga yang signifikan meliputi gas alam, batu bara, dan Crude Palm Oil (CPO), yang merupakan komoditas utama kedua negara tersebut.
Dari ketiga komoditas tersebut, harga batu bara mengalami peningkatan tertinggi secara year to date (YTD), yakni sebesar 161,90 persen. Adapun harganya mencapai USD412,5 ton metrik. Selanjutnya adalah gas alam yang harganya secara YTD mencapai 123,41 persen atau USD8.523/MMBTU. Sementara CPO harganya mencapai RM6.704/ton atau meningkat 27,48 persen secara YTD.
Meroketnya harga komoditas turut mengerek harga saham batu bara, migas, hingga CPO pada tahun ini.
Selain itu, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed turut berencana menaikkan bunga acuan sebesar 50 poin. Hal tersebut sejalan dengan rencana Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) untuk mengurangi neraca sebesar USD9 triliun milik bank sentral mulai Juni tahun ini. Kenaikan suku bunga terbesar selama 22 tahun tersebut turut mempengaruhi sentimen indeks saham.
Imbasnya, Bursa saham Amerika Serikat (AS) berjalan tertatih sepanjang tahun ini—selain memang karena kenaikan luar biasa sepanjang 2021.
Kenaikan luar biasa Wall Street pada 2021 (S&P, misalnya, melonjak 26,89% setahun) akhirnya mulai berbalik arah selama 5 bulan pertama tahun ini. S&P 500 minus 14,19% sejak awal tahun 2022 (ytd), Dow Jones melorot 10,04% ytd, dan Nasdaq ‘terjun bebas’ minus 23,66%. (ADF)