Melejit 153 Persen, WIFI Cetak Laba Bersih Rp228 Miliar di Semester I-2025
PT Solusi Sinergi Digital Tbk atau Surge (WIFI) menjadi salah satu emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sudah merilis kinerja keuangan kuartal II-2025.
IDXChannel - PT Solusi Sinergi Digital Tbk atau Surge (WIFI) menjadi salah satu emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sudah merilis kinerja keuangan kuartal II-2025.
Emiten teknologi itu mencatat kinerja cemerlang pada enam bulan pertama 2025, terutama pada kuartal II. Kinerja WIFI, baik top line maupun bottom line, tumbuh tinggi.
Dalam laporan keuangan interim yang diterbitkan Jumat (11/7/2025), pendapatan WIFI pada semester I mencapai Rp513 miliar, tumbuh 66 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp309 miliar.
Segmen iklan yang selama ini menjadi sumber pendapatan utama Surge naik 26 persen menjadi Rp233 miliar. Selain itu, perseroan juga memperoleh sumber pendapatan baru dari segmen bandwidth hingga Rp241 miliar.
Di tengah lonjakan pendapatan, beban pokok pendapatan justru turun, yang mencerminkan bisnis Surge semakin efisien. Beban pokok pendapatan turun 6,2 persen menjadi Rp121 miliar, terutama akibat penurunan beban periklanan.
Dengan demikian, laba kotor Surge menembus Rp392 miliar, melejit 119 persen dengan kenaikan margin laba dari 58 persen menjadi 76 persen.
Beban umum dan administrasi naik menjadi Rp72 miliar. Begitu juga dengan beban keuangan yang naik lebih dari dua kali lipat menjadi Rp87 miliar. Namun, laba sebelum pajak tercatat meningkat 171 persen menjadi Rp293 miliar.
Dari laporan arus kas, Surge mencatat penerimaan kas dari pelanggan melesat 142 persen menjadi Rp406 miliar. Namun, perseroan harus membayar pemasok, karyawan, pajak, hingga beban keuangan yang cukup besar sehingga kas dari aktivitas operasional tersisa Rp17 miliar saja.
Selain itu, Surge juga mencatat investasi yang cukup besar pada periode ini hingga Rp1,08 triliun. Namun, adanya setoran modal dan utang perbankan menambah likuiditas perseroan sehingga arus kas bebas mencapai Rp1,03 triliun.
(Rahmat Fiansyah)