MARKET NEWS

Mengintip Duel Raksasa Geotermal: PGEO Vs Anak BREN (Star Energy)

TIM RISET IDX CHANNEL 17/07/2025 16:25 WIB

Dalam lanskap transisi energi nasional, dua nama mencuat sebagai pemimpin panas bumi (geothermal): PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan Star Energy.

Mengintip Duel Raksasa Geotermal: PGEO Vs Anak BREN (Star Energy). (Foto: Star Energy)

IDXChannel – Dalam lanskap transisi energi nasional, dua nama mencuat sebagai pemimpin panas bumi (geothermal): PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan Star Energy Geothermal, anak usaha dari Barito Renewables Energy Tbk (BREN) besutan Prajogo Pangestu.

Keduanya sama-sama agresif memperluas kapasitas dan memperkuat posisi sebagai pilar energi bersih Indonesia.

Per Juni 2025, PGEO mencatatkan diri sebagai pemilik kapasitas terpasang terbesar di Indonesia, yakni 1.877 Megawatt (MW). Dari jumlah itu, 672,5 MW dikelola langsung, sementara 1.205 MW dikembangkan bersama mitra. Produksi listrik panas bumi PGEO sepanjang 2024 mencapai 4.827,22 GWh, dan ditopang oleh proyek-proyek utama di Kamojang, Lahendong, serta Lumut Balai.

Sementara dari sisi ekspansi, Star Energy—lewat BREN—menunjukkan manuver yang tak kalah ambisius. Saat ini, Star Energy mengoperasikan total kapasitas pembangkitan sebesar 886 MW, berasal dari tiga lapangan utama: Wayang Windu (230,5 MW), Salak (201 MW), dan Darajat (219,5 MW), ditambah kapasitas uap yang dikontrak dari dua lapangan lainnya. (Lihat tabel di bawah ini.)

PGEO

PGEO terus menunjukkan ambisi besarnya dalam memperkuat peran sebagai penggerak utama energi bersih nasional. Anak usaha Pertamina ini optimistis dapat meningkatkan kapasitas terpasang mandiri menjadi 1 GW dalam dua tahun ke depan, dan 1,7 GW pada 2033.

Saat ini, PGEO telah menjadi perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia berdasarkan kapasitas terpasang, yakni mencapai 1.877 Megawatt (MW) per Juni 2025. Dari jumlah tersebut, 672 MW dioperasikan secara mandiri, sementara 1.205 MW dikembangkan bersama mitra melalui skema Joint Operation Contract (JOC). Model kolaboratif ini memperluas jangkauan operasi sekaligus meningkatkan efisiensi proyek.

Prestasi ini tak hanya menempatkan PGEO di puncak industri panas bumi nasional, tetapi juga menegaskan peran vitalnya dalam menyuplai listrik bersih ke jutaan rumah tangga. Kontribusi nyatanya terhadap pengurangan emisi karbon diperkirakan mencapai hingga 9,7 juta ton CO₂ per tahun, menjadikannya bagian penting dari strategi menuju Net Zero Emissions 2060 Indonesia.

Pada 2024, PGEO mencatat produksi listrik sebesar 4.827,22 GWh, naik 1,96 persen dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh optimalisasi kinerja di beberapa wilayah utama seperti Kamojang, Lahendong, dan Lumut Balai.

Presiden Direktur PGEO, Julfi Hadi, menegaskan bahwa ekspansi akan terus berlanjut. Selain mengejar target 1 GW kapasitas mandiri dalam dua tahun ke depan, perseroan juga tengah mengembangkan Unit 2 PLTP Lumut Balai di Muara Enim, Sumatra Selatan, yang baru saja menyelesaikan tahap sinkronisasi awal. Proyek ini akan menyumbang tambahan kapasitas sebesar 55 MW untuk jaringan listrik Sumatra, memperkuat diversifikasi energi di kawasan tersebut.

PGEO juga menunjukkan komitmen kuat terhadap keberlanjutan dan pelestarian lingkungan. Komitmen ini tercermin dalam 18 penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, termasuk 14 tahun berturut-turut untuk wilayah Kamojang.

Star Energy

Star Energy Geothermal juga terus memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama di industri energi bersih nasional. Dengan kapasitas terpasang sebesar 886 MW, Star Energy kini menjadi produsen energi panas bumi terbesar di sektor swasta Indonesia, dan tengah menjalankan ekspansi demi mendukung target bauran energi baru terbarukan nasional.

Bahkan secara global, perusahaan ini menempati peringkat ketiga dunia dalam hal kapasitas terpasang. Dalam operasionalnya, Star Energy juga menjalin kemitraan strategis dengan dua BUMN energi, yakni PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero), untuk mengelola aset-aset panas bumi nasional.

Dalam keterangan resminya, Star Energy menjelaskan, perusahaan saat ini mengoperasikan tiga aset panas bumi utama:

Langkah ekspansi terbaru dilakukan lewat lima proyek besar di wilayah Salak dan Wayang Windu, dengan total investasi mencapai USD365 juta. Proyek-proyek tersebut terdiri dari tiga pengembangan pembangkit baru dan dua proyek retrofitting yang diperkirakan akan menambah kapasitas sebesar 112 MW.

Rincian proyek baru Star Energy adalah sebagai berikut:

Sedangkan dua proyek retrofitting mencakup:

Kelima proyek ini mengusung teknologi mutakhir, seperti binary cycle yang memanfaatkan brine atau sisa panas untuk menghasilkan listrik, serta desain turbin tiga dimensi dan sistem kontrol terintegrasi guna meningkatkan efisiensi operasional.

Langkah strategis ini semakin memperkuat posisi Barito Renewables sebagai mitra kunci pemerintah dalam mencapai target bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025. (Aldo Fernando)

>

SHARE