MARKET NEWS

Menilik Manuver Astra (ASII) di 2025, Terbaru Borong Saham Hermina (HEAL) Rp392 Miliar

Rahmat Fiansyah 03/08/2025 06:30 WIB

PT Astra International Tbk (ASII) terus memperkuat diversifikasi pada 2025 dengan memperkuat pilar bisnis yang sudah ada maupun yang baru.

PT Astra International Tbk (ASII) terus memperkuat diversifikasi pada 2025 dengan memperkuat pilar bisnis yang sudah ada maupun yang baru. (Foto: Dok. Astra)

IDXChannel - PT Astra International Tbk (ASII) terus memperkuat diversifikasi bisnis pada 2025. Saat ini, 70 persen pendapatan Astra ditopang oleh segmen otomotif dan tambang, termasuk alat berat.

Perusahaan konglomerasi raksasa di Tanah Air tersebut memiliki tujuh pilar bisnis utama, yakni otomotif, tambang, jasa keuangan, agribisnis, properti, infrastruktur dan logistik, serta teknologi informasi. Belakangan, perseroan juga berinvestasi di sektor kesehatan seperti PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) dan startup Halodoc.

Di tengah dinamika bisnis yang cukup menantang, Astra agresif melakukan aksi korporasi pada paruh pertama tahun ini. Pada Jumat (1/8/2025) lalu, Astra mengumumkan investasi baru pada RS Hermina senilai Rp392 miliar pada RS Hermina yang ditanamkan baik secara langsung melalui induk maupun tidak langsung lewat PT Astra Healthcare.

Presiden Direktur Astra, Djony Bunarto Tjondro mengatakan, manajemen saat ini tengah melakukan tinjauan strategis di seluruh portofolio bisnisnya. Astra terus mengidentifikasi sekaligus mengevaluasi inisiatif yang dapat dijalankan demi memastikan pertumbuhan dan penciptaan nilai di tengah dinamika pasar.

"Hasil dari tinjauan ini diharapkan akan selesai pada semester pertama tahun 2026," katanya lewat keterangan resmi.

Pada akhir Juli 2025, Astra melakukan investasi hampir Rp400 miliar di saham RS Hermina. Pembelian saham ini memperkuat posisi Astra di RS itu dengan porsi 10 persen. Langkah ini dilakukan tak lama setelah Grup Djarum pada Juni lalu membeli 3,64 persen saham RS tersebut.

Hermina bukan satu-satunya portofolio bisnis kesehatan Astra. Sebelumnya, Astra juga mengakuisisi RS Spesialis Kardiovaskular Heartology senilai USD41 juta atau setara Rp640 miliar pada 2024. Di samping itu, Astra berinvestasi pada startup Halodoc melalui serangkaian pendanaan dengan total nilai sekitar Rp5 triliun.

Selain kesehatan, pada April 2025 lalu, Astra juga menjalin kerja sama strategis dengan mitranya dari Jepang, Toyota Motor Asia yang berdomisili di Singapura. Toyota berinvestasi USD120 juta atau setara Rp2 triliun untuk mendapatkan 40 persen saham PT Astra Digital Mobil yang memiliki bisnis mobil bekas, OLXMobbi.

Di samping memperkuat segmen otomotif, khususnya mobil bekas, Astra melalui PT United Tractors Tbk (UNTR) juga membeli 30,6 persen saham PT Supreme Energy Sriwijaya (SES). Nilai transaksi itu mencapai USD30,8 juta atau setara Rp501 miliar.

Akuisisi tersebut menandai ketertarikan Astra memperkuat bisnis energi baru terbarukan (EBT). SES diketahui memiliki pembangkit listrik tenaga panas bumi di Sumatera Selatan dengan kapasitas terpasang sebesar 91,2 megawatt (MW).

Kemudian Astra pada Juli juga mengakuisisi 83,7 persen saham PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP). Transaksi dilakukan lewat entitas usaha, PT Saka Industrial Arijaya. Meski belum diketahui nilai transaksi, Astra bakal menjadi pengendali baru di emiten pergudangan tersebut.

"Akuisisi ini merupakan bagian dari strategi grup untuk memanfaatkan pertumbuhan yang pesat atas kebutuhan infrastruktur industri dan logistik di Indonesia," kata Djony.

>

(Rahmat Fiansyah)

SHARE