Menilik Prospek Saham BRMS di Tengah Momentum Reli Harga Emas
Momentum reli harga emas dalam beberapa hari terakhir dinilai menjadi katalis bagi saham-saham tambang mineral.
IDXChannel - Momentum reli harga emas dalam beberapa hari terakhir dinilai menjadi katalis bagi saham-saham tambang mineral seperti PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
Data menunjukkan bahwa sepanjang semester I-2025, penjualan BRMS didorong kenaikan volume produksi emas dan harga jual rata-rata (ASP). BRMS mencatat penjualan sebesar USD121 juta, meningkat 97,2 persen year-on-year (yoy) per Juni 2025.
"Momentum 'gold rush time' memberikan katalis positif bagi emiten tambang seperti BRMS," kata Analis Panin Sekuritas, Andhika Audrey, dikutip Rabu (15/10/2025).
Dalam riset bertajuk BRMS: More than Gold, Andhika mencatat harga emas global naik lebih dari 50 persen sejak awal tahun.
Sejumlah katalis datang dari pelonggaran kebijakan moneter, perlambatan ekonomi global, dan akumulasi emas oleh bank sentral dunia.
Andhika memproyeksikan harga emas mencapai USD4.200 per troy ons pada akhir 2025 seiring meningkatnya permintaan investasi dan ketegangan geopolitik.
Adapun BRMS mendapat rekomendasi buy dengan target harga Rp1.200 per saham. Pada penutupan market Selasa (14/10/2025), saham BRMS menguat 1,4 persen ke Rp1.090.
Menurut Andhika, secara fundamental prospek BRMS dipacu pertumbuhan kuat didorong oleh ekspansi tambang emas dan proyek tembaga yang potensial.
Tambang Poboya yang dioperasikan BRMS melalui anak usaha PT Citra Palu Minerals menjadi tulang punggung produksi perseroan. Lokasi tersebut memiliki kadar emas tinggi, mencapai 4,9 gram per ton, dan cadangan sebesar 34,1 juta ton bijih.
Selama satu-dua tahun ke depan, BRMS berencana menambah kapasitas pengolahan menjadi 6.000 ton per hari, dan memulai operasi tambang bawah tanah untuk meningkatkan kadar rata-rata bijih menjadi 3,2 gram per ton emas.
"Tambang bawah tanah akan menjadi sumber utama bijih berkadar tinggi mulai 2027F dan diharapkan dapat melipatgandakan produksi emas," kata dia.
Selain proyek Poboya, BRMS juga mengembangkan tambang tembaga dan emas melalui PT Gorontalo Minerals di Bone Bolango, Gorontalo.
Proyek ini disebut memiliki karakteristik geologi serupa dengan tambang Batu Hijau milik PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan diproyeksikan menjadi sumber diversifikasi pendapatan baru bagi BRMS.
Andhika juga menyoroti transformasi BRMS pasca restrukturisasi dengan masuknya Salim Group melalui Emirates Tarian Global Ventures SPC yang kini memegang 25,1 persen saham.
Emiten ini mengalokasikan belanja modal sekitar USD200 juta hingga USD220 juta per tahun untuk ekspansi tambang bawah tanah dan pengembangan proyek Heap Leach.
Pembiayaan sebagian akan berasal dari pinjaman sindikasi sebesar USD500 juta. Analis memproyeksikan rasio utang bersih terhadap ekuitas (net gearing) naik sementara ke 0,42 kali sebelum turun kembali ke 0,13 kali pada 2030 seiring amortisasi utang.
"BRMS menjadi salah satu penerima manfaat utama melalui kombinasi strategi dan aset berkualitas, pertama momentum gold rush time. Kedua, ekspansi tambang bawah tanah dengan kadar emas tinggi (hingga 4,5 g/t Au)," kata dia.
(NIA DEVIYANA)