Meski September Kelabu, IHSG Naik di Atas 1 Persen di Kuartal III
IHSG masih tumbuh positif sepanjang kuartal III-2022 meski dibayangi sejumlah sentimen negatif di bulan September.
IDXChannel – Indeks harga saham gabungan (IHSG) masih mencatatkan pertumbuhan positif selama tiga bulan terakhir di tengah ekonomi yang sedang goyah akibat inflasi Amerika Serikat (AS), kenaikan suku bunga global, hingga dampak perang Rusia-Ukraina.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan Kamis (29/9), kinerja IHSG dalam kuartal III-2022 ini masih menghijau di 1,80 persen. Ini sejalan dengan kinerja IHG secara year to date (YTD) yang menguat 6,91 persen, terbaik di kawasan Asia-Pasifik.
Kendati demikian, performa IHSG pada penutupan Kamis (29/9) melemah sebesar minus 0,58 persen di level 7.036,20.
Di samping itu, pertumbuhan IHSG di kuartal III tahun ini seiring aksi jual bersih atau net buyoleh investor asing dalam kurun tiga bulan terakhir.
Data BEI per Kamis (29/9) mencatat, net buy asing di pasar reguler dalam mencapai Rp12,91 triliun di pasar reguler sepanjang kuartal III-2022.
Adapun dalam periode ini, terdapat berbagai emiten yang menjadi ‘jagoan’ dengan kinerja saham cemerlang sepanjang kuartal III-2022.
Memimpin top gainers kuartal III-2022, saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) meroket hingga 193,30 persen sepanjang tiga bulan terakhir. Sementara harga sahamnya, menurut data BEI pada penutupan Kamis (29/9), mencapai Rp1.050/saham.
Menyusul RAJA, saham emiten yang bergerak di sektor industri keramik, PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK) juga melesat 117,65 persen menjadi Rp222/saham.
Sedangkan saham lainnya yang turut jadi juara di kuartal III-2022 yaitu PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS), dan PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON).
Saham batu bara milik Grup Bakrie, BUMI, dalam tiga bulan terakhir masih kokoh di angka 101,52 persen. Sementara harga sahamnya terkerek hingga Rp133/saham. Selanjutnya yaitu emiten teknologi, KIOS yang sahamnya melonjak hingga 96,69 persen di harga Rp535/saham.
Terakhir, yakni JKON yang sahamnya juga menguat hingga 91,67 persen dalam kurun tiga bulan belakangan. Melansir data BEI pada Kamis (29/9), harga saham emiten infrastruktur ini menguat hingga Rp161/saham.
Deretan Sentimen September
Pergerakan IHSG sepanjang bulan September masih dibayangi inflasi AS yang disusul dengan kenaikan suku bunga global.
Adapun Bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) resmi menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) atau 0,75 persen, menjadi di kisaran 3,00 persen-3,25 persen.
Naiknya suku bunga The Fed juga mendorong kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk turut menaikkan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.
Di Inggris, Bank of England (BOE) juga menaikkan suku bunga dasarnya sebesar 0,5 poin menjadi 2,25 persen sebagai dampak dari tingginya inflasi di negara tersebut yang mencapai 9,9 persen.
Selain sentimen dari kenaikan suku bunga berjamaah, negara-negara Eropa juga tengah menghadapi krisis energi di tengah kecamuk perang Rusia-Ukraina.
Eropa banyak bergantung pada Rusia untuk impor gas alam. Namun, sanksi yang diberikan Eropa terhadap Rusia akibat perang tersebut membuat harga gas melonjak tinggi.
Menambah beban Eropa, Rusia saat ini menutup pipa Nord Stream 1 yang mengalirkan gas ke eropa di tengah sanski Barat.
Selain itu, kebocoran gas milik perusahaan energi Rusia, Gazprom, menjelang musim dingin pada stasiun kompresor di Portovaya berdampak pada ditutupnya pipa gas yang membuat musim dingin Eropamenjadi lebih dingin.
Hal ini juga diperkeruh dengan harga listrik yang melonjak, gas mahal, hingga sejumlah pabrik di Eropa yang terpaksa tutup menjelang musim dingin menjadikan krisis energi di Eropa kian nyata.
Kehebohan di Eropa tentunya semakin memperburuk sentimen negatif di pasar. Berhubungan dengan krisis energi, proyeksi dari lembaga dunia soal resesi global turut menambah kekhawatiran saat ini.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), pada Selasa (27/9), misalnya, memperingatkan sejumlah krisis yang ada di tengah kecamuk perang memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan mengancam dunia jatuh ke jurang resesi.
“Indikatornya tidak terlihat bagus,” kata Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala kepada Bloomberg selama wawancara pada hari Selasa.
Di samping itu, Bank Dunia (World Bank) pada awal bulan ini juga mengeluarkan studi yang memprediksi resesi global pada awal tahun depan, menggaris bawahi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan bank sentral di seluruh dunia memperketat kebijakan moneter mereka demi mengurangi inflasi.
Periset: Melati Kristina
(ADF)