MARKET NEWS

Momentum Saham Fundamental, Strategi Defensif Jadi Pilihan

TIM RISET IDX CHANNEL 06/11/2025 07:45 WIB

Arus beli investor asing terlihat kembali menguat pada saham-saham berfundamental kuat sepanjang sebulan terakhir.

Momentum Saham Fundamental, Strategi Defensif Jadi Pilihan. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Arus beli investor asing terlihat kembali menguat pada saham-saham berfundamental kuat sepanjang sebulan terakhir.

Data broker summary menunjukkan bahwa saham perbankan besar dan emiten dengan karakter bisnis defensif menjadi tujuan utama aliran dana asing.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan nilai beli bersih asing sekitar Rp3,08 triliun di pasar reguler dalam sebulan terakhir. Sejalan dengan akumulasi tersebut, harga saham BBCA turut menguat 14,62 persen dalam periode yang sama.

Setelah BBCA, aliran beli asing juga mengarah ke PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Astra International Tbk (ASII) dengan nilai net buy masing-masing sekitar Rp1,49 triliun dan Rp1,28 triliun.

Saham TLKM tercatat naik 15,56 persen dalam sebulan terakhir, sementara ASII menguat 6,44 persen pada periode yang sama.

Selain itu, saham sektor konsumsi seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan emiten poultry PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) juga masuk daftar penguatan arus beli asing.

 Sementara saham tambang besar seperti PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menunjukkan minat beli asing cukup stabil.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai, pergerakan dana asing belakangan ini menunjukkan kecenderungan yang lebih defensif. Ia mencatat bahwa investor global mulai menata ulang portofolio mereka menuju saham-saham berfundamental kuat.

“Perlu diperhatikan bahwa saat ini foreign rutin mengakumulasi saham-saham defensif berbasis fundamental klasik seperti TLKM, ASII, BBCA, BBRI, UNVR, dan GGRM,” ujar Michael.

Menurut dia, langkah ini dapat menjadi acuan bagi investor ritel yang ingin mengurangi risiko dalam kondisi pasar yang bergejolak.

“Jika investor ingin memitigasi risiko, maka saham-saham ini menjadi pilihan yang bijak,” imbuh dia.

Secara umum, asing melakukan net buy di pasar saham domestik dengan nilai Rp2,26 triliun di pasar reguler selama sebulan terakhir. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun menguat 1,6 persen ke level 8.267 dalam periode yang sama, berdasarkan data per Rabu (5/11/2025).

Kabar makroekonomi teranyar, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2025 berdasarkan produk domestik bruto (PDB) tumbuh sebesar 5,04 persen (yoy). Angka ini lebih rendah dari kuartal II-2025 yang sebesar 5,12 persen.

Namun, capaian ini masih berada di atas konsensus pasar yang memperkirakan pertumbuhan di kisaran 5 persen.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud mengatakan, ekonomi Indonesia berdasarkan PDB pada kuartal III 2025 atas dasar harga berlaku Rp6.060 triliun, dan atas dasar harga konstan Rp3.444,8 triliun.

"Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2025 bila dibandingkan triwulan III 2024 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,04 persen,” kata Edy dalam Rilis Berita Resmi Statistik BPS, Rabu (5/11/2025).

Edy menegaskan, bila dibandingkan dengan kuartal II 2025 atau secara q-to-q, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 1,43 persen. Secara c-to-c, kata dia, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,01 persen sepanjang periode Januari hingga September 2025. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE