Momentum Window Dressing, Saham Big Caps Bisa Jadi Potensi Cuan Lho
Sejumlah sentimen perdagangan menyebabkan indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak terbatas pada Desember 2021.
IDXChannel - Sejumlah sentimen perdagangan menyebabkan indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak terbatas pada Desember 2021. Bahkan, bank-bank besar yang dijagokan untuk naik selama window dressing malah belum menunjukkan tajinya.,
Senior Analyst Creative Trading System, Joseph Gabetua Simanjuntak, menuturkan untuk bank-bank besar ini sebenarnya punya sentimen yang cukup banyak untuk bisa dikoleksi investor.
"Contoh yang cukup menarik adalah pengalihan saham dari pemerintah ke INA, menurut saya ini momentum yang cukup besar," ujar Joseph dalam 2nd Session Closing IDX, Senin (27/12/2021).
Sebelumnya, Pemerintah selaku pemegang saham mayoritas PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mengalihkan 3,37 miliar saham (8 persen) ke Indonesia Investment Authority (INA) dengan nilai Rp22,67 triliun.
"Pemerintah ini tidak aktif menggerakkan harga saham, sedangkan INA melakukan pengalihan saham ini ada kecenderungan untuk membuat hak yang baru, saham yang dialokasikan pun saham seri B yang artinya ada perbedaan hak dari saham seri A punya pemerintah tadinya," jelas dia.
Menurut Joseph, jadi akan ada sifat atau momentum yang berbeda dari pengalihan saham ini. Sehingga bank-bank besar investor bisa pilih bank yang punya momentum seperti BMRI dan BBRI tersebut karena mereka punya sentimen yang khusus dan spesifik.
"Jadi tidak ada salahnya kita entry di perbankan big caps," katanya.
Sedangkan pilihan lain adalah saham Indosat (ISAT) yang hari ini menunjukkan pergerakan yang cukup signifikan. Dengan target merger dengan Tri terlaksana pada 4 Januari 2022, menurut Joseph masih ada waktu untuk memanfaatkan saham ISAT ini.
"Mereka akan menerbitkan saham baru 32 persen yang mana saham ini akan diambil oleh Tri, jadi ada kepentingan bahwa harga ISAT dibawa naik, karena ada momentum, menurut saya ga ada ruginya karena harga ISAT sudah cenderung terkoreksi cukup dalam beberapa bulan terakhir karena dividen," jelasnya.
Untuk ISAT masih optimis ke level 7.000 dan minim profit taking karena momentum yang ada. (TYO)