Nasdaq Catat Rekor Penutupan Tertinggi, Mata Investor Tertuju pada Rapat The Fed
Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, ditutup beragam pada perdagangan Jumat (12/9/2025) waktu setempat.
IDXChannel - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, ditutup beragam pada perdagangan Jumat (12/9/2025) waktu setempat.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (13/9/2025), indeks Dow Jones turun sekitar 0,6 persen, S&P 500 ditutup relatif datar, dan Nasdaq menguat lebih dari 0,4 persen, kembali mencatat rekor penutupan tertinggi.
Investor fokus pada rapat kebijakan dua hari Federal Reserve pada pekan depan, yang akan berakhir pada hari Rabu. Para pedagang memperkirakan bank sentral akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, setelah data terbaru menunjukkan pelemahan yang berkepanjangan dalam perekrutan dan meredanya kekhawatiran inflasi.
Menurut Pendiri & CEO Grenadilla Advisory Anna Rathbun, antisipasi pemangkasan suku bunga hanyalah salah satu katalis yang telah mendorong indeks-indeks utama Wall Street ke beberapa rekor tertinggi baru-baru ini.
"Pada pekan ini, kami melakukan IPO (Penawaran Umum Perdana) dengan nama yang dikenal banyak orang, Klarna, dan hal itu jelas menimbulkan banyak antusiasme. Ada berita tentang Oracle dan OpenAI, serta permintaan AI. Semua ini telah membangkitkan atau membangkitkan kembali antusiasme seputar AI. Jadi, teknologi terus berkembang dan mendorong seluruh pasar. Pasar lainnya tampaknya bersiap menghadapi apa yang mungkin terjadi minggu depan dengan The Fed (Bank Sentral AS). Dan saya pikir mereka jauh lebih sensitif terhadap apa yang akan terjadi pada suku bunga untuk sisa tahun ini," ujarnya.
Pergerakan saham penting pada Jumat termasuk Microsoft, yang naik hampir 2 persen setelah raksasa teknologi itu menghindari kemungkinan denda antimonopoli Uni Eropa yang besar dengan menawarkan potongan harga kepada pelanggan untuk produk Office kecuali Teams.
Saham Tesla melonjak hampir 7,5 persen setelah ketua dewan direksinya menepis kekhawatiran bahwa aktivitas politik CEO Elon Musk telah merugikan penjualan di produsen kendaraan listrik tersebut dan mengatakan bahwa miliarder itu berada di garis depan, setelah beberapa bulan menjadi bagian dari pemerintahan Trump.
Meski adanya lonjakan harga pada hari Jumat, saham Tesla tercatat tetap turun 2 persen sepanjang 2025.
(Dhera Arizona)