MARKET NEWS

OJK Sebut Pasar Modal Syariah RI Punya Modal Kuat untuk Berkembang

Anggie Ariesta 19/06/2025 17:03 WIB

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, pasar modal syariah Indonesia memiliki potensi dan modal kuat untuk berkembang lebih pesat lagi.

OJK Sebut Pasar Modal Syariah RI Punya Modal Kuat untuk Berkembang. (Foto Anggie/IMG)

IDXChannel Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, pasar modal syariah Indonesia memiliki potensi dan modal kuat untuk berkembang lebih pesat lagi. Sebab, Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia menjadi pasar yang strategis.

Kepala Direktorat Pengembangan Pasar Modal dan Pasar Modal Syariah OJK Evy Junita mengatakan, hal itu tercermin dari jumlah investor syariah saat ini justru didominasi oleh generasi muda di bawah usia 30 tahun, yang memiliki semangat dan kapasitas tinggi dalam berinvestasi.

“Pasar modal syariah kita saat ini sudah punya infrastruktur dan produk yang lengkap. Kita memiliki sistem SOTS yang memungkinkan layanan investasi secara online, serta berbagai jenis produk berbasis syariah, dari imbal hasil rendah hingga tinggi,” ujarnya dalam rangkaian acara Sharia Investment Week 2025, di Main Hall BEI, Jakarta, Kamis (19/6/2025).

Dalam pengembangan regulasi, kata dia, OJK juga terus menyesuaikan ketentuan untuk mendukung pertumbuhan pasar modal syariah. Salah satunya melalui penyesuaian Daftar Efek Syariah (DES) yang saat ini telah mencakup 685 efek hingga 2025.

Evy mengungkapkan, OJK telah menetapkan kebijakan penurunan bertahap atas kriteria rasio utang berbasis bunga dalam DES dari 45 persen menjadi 33,33 persen, dan akan terus dikurangi secara bertahap selama 10 tahun hingga mencapai batas maksimal 20 persen. Hal tersebut diiringi pula dengan penguatan regulasi atas rasio pendapatan non-halal.

"Ini menjadi PR kita bersama untuk bisa menarik kembali emiten-emiten yang berpotensi keluar dari daftar efek syariah agar tetap bisa berpartisipasi," katanya.

Dengan modal demografis yang kuat, dukungan infrastruktur, serta penguatan regulasi, Evy berharap pasar modal syariah ke depan tidak hanya menjadi alternatif investasi, tapi justru menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia.

Dia menambahkan, peran pasar modal syariah di Indonesia juga tidak terlepas dari sektor keuangan syariah yang masih menghadapi tantangan besar.

“Survei yang dilakukan lembaga nasional pada 2024 menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan syariah baru mencapai sekitar 43 persen, sementara tingkat inklusinya masih sangat rendah, hanya sekitar 13 persen,” kata dia.

Sebagai perbandingan, tingkat literasi keuangan konvensional telah mencapai sekitar 70 persen dan inklusinya sekitar 60 persen. 

Kondisi ini, menurut Evy, menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama bagi seluruh pemangku kepentingan dan pelaku industri untuk berkolaborasi secara intensif dalam menghadirkan inovasi produk dan layanan keuangan syariah yang lebih menarik dan inklusif.

(Dhera Arizona)

>

SHARE