Pasar Saham Global Ditutup Beragam usai Trump Tuduh China Langgar Kesepakatan Tarif
Risiko perkembangan ini dapat memicu kembali ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia.
IDXChannel - Bursa saham global ditutup bervariasi pada Jumat (30/5/2025) setelah Presiden Donald Trump kembali memanaskan ketegangan perdagangan AS-China dengan mengklaim Beijing telah benar-benar melanggar perjanjian dengan Washington.
Dilansir dari laman Channel News Asia Sabtu (31/5/2025), postingan Trump di media sosial muncul beberapa jam usai Menteri Keuangan AS Scott Bessent berbicara mengenai perdagangan dengan China yang bertujuan untuk mengakhiri tarif yang saat ini ditangguhkan, "sedikit terhenti".
Risiko perkembangan ini dapat memicu kembali ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia.
Di Wall Street, Dow Jones Industrial Average ditutup lebih tinggi, sementara indeks S&P 500 datar, dan Nasdaq Composite yang berfokus pada teknologi turun 0,3 persen.
"Jika bukan karena perang dagang, pasar akan merasa cukup baik," kata Tom Cahill dari Ventura Wealth Management. "Inflasi jelas bergerak ke arah yang benar," ujarnya merujuk pada pengukur inflasi.
Di Eropa, indeks utama London dan Jerman berakhir lebih tinggi, sementara CAC40 Prancis ditutup lebih rendah, menyusul penurunan di pasar Asia pada awal hari.
"Jika Presiden Trump benar-benar mengenakan tarif kembali pada impor China ke AS, kita mungkin melihat permintaan terhadap aset AS, dan dolar, sangat terganggu oleh kondisi yang kacau dan tidak diplomatis terhadap kebijakan perdagangan," kata Direktur Penelitian di XTB Kathleen Brooks.
Meskipun ada kekhawatiran tentang hubungan ekonomi AS-China, pasar tidak banyak berubah akibat kritik Trump di media sosial. Investor tampaknya sudah terbiasa dengan siklus ancaman perdagangan dramatis yang sudah biasa dilakukan presiden AS.
Investor, pedagang, dan analis justru berfokus pada data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) Departemen Perdagangan yang naik 2,1 persen dalam 12 bulan hingga April.
Meskipun ada kabar baik bagi Fed, yang berupaya menurunkan inflasi ke target jangka panjangnya sebesar 2 persen, analis memperingatkan bahwa dampak inflasi yang lebih besar dari tarif Trump belum terjadi, dan dapat menyebabkan Fed mempertahankan sikap menunggu dan melihat.
"Beban sebenarnya dari kebijakan ini kemungkinan akan muncul lebih penuh dalam beberapa bulan mendatang," tutur Analis Pasar FOREX.com Fawad Razaqzada.
Para investor juga menilai dampak putusan pengadilan AS yang membatalkan sebagian besar tarif Trump.
"Hasil tersebut membuat rencana tarif Trump berada dalam semacam ketidakpastian hukum," ujar Stephen Innes, dari SPI Asset Management.
Di zona Euro, suku bunga menjadi fokus setelah data resmi menunjukkan inflasi berkisar di sekitar target 2 persen Bank Sentral Eropa. Harga konsumen di ekonomi utama Uni Eropa, Jerman, menunjukkan kenaikan 2,1 persen pada Mei atau sama seperti bulan sebelumnya.
Sementara harga turun menjadi 1,9 persen di Spanyol dan menjadi 1,7 persen di Italia. ECB tampaknya akan menurunkan suku bunga lagi pada Kamis.
Dolar menguat terhadap mata uang utama, sementara harga minyak turun menjelang pertemuan delapan anggota utama OPEC+ pada Sabtu.
(kunthi fahmar sandy)