Pasar Semen Terkontraksi, SIG: Efisiensi adalah Kunci
beban keuangan bersih SIG pada saat yang sama juga turun 15,3 persen menjadi Rp590 miliar, dibanding Rp697 miliar pada semester I-2022 lalu.
IDXChannel - Pasar semen dalam negeri di sepanjang tahun disebut tengah mengalami kontraksi hingga mencapai lima persen secara nasional.
Hal ini menjadi tekanan lanjutan bagi industri semen dalam negeri selain lonjakan harga bahan bakar yang sudah terjadi sejak triwulan IV-2022.
Meski demikian, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mengaku tak khawatir dan tetap optimistis bahwa kinerjanya secara keseluruhan bakal happy ending pada akhir tahun nanti.
"Kami optimistis kinerja akan dapat mempertahankan kinerja positif pada semester II 2023, dengan permintaan semen yang mulai membaik sejak Juni (2023)," ujar Corporate Secretary PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), Vita Mahreyni, dalam keterangan resminya.
Di sepanjang semester I-2023 lalu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga dikenal dengan sebutan SIG tersebut sukses membukukan nilai pendapatan hingga Rp17,03 triliun.
Capaian tersebut terhitung tumbuh tipis sebesar dua persen dari realisasi pendapatan SIG pada periode sama tahun lalu.
Meski hanya tumbuh tipis, capaian tersebut dinilai cukup layak untuk diapresiasi mengingat pada saat yang sama, pasar semen domestik justru tengah mengalami kontraksi hingga lima persen secara nasional.
"Meski pasar domestik terkontraksi, SIG tetap mampu menjaga volume penjualan total untuk tetap tumbuh sebesar 0,1 persen, yang didorong oleh pertumbuhan penjualan ekspor," tutur Vita.
Tak hanya itu, menurut Vita, kemampuan menjaga kinerja tetap positif juga tak lepas dari keberhasilan SIG dalam menurunkan beban operasional menjadi hanya Rp2,54 triliun pada enam bulan pertama tahun ini.
Realisasi tersebut terhitung turun sebesar 9,5 persen dibanding beban operasional perusahaan pada paruh pertama tahun lalu yang masih sebesar Rp2,81 triliun.
Karenanya, beban keuangan bersih SIG pada saat yang sama juga turun 15,3 persen menjadi Rp590 miliar, dibanding Rp697 miliar pada semester I-2022 lalu.
"Tren kinerja positif ini membuat SIG berhasil membukukan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp866 miliar, naik 3,1 persen dibanding periode sebelumnya, yang sebesar Rp840 miliar," ungkap Vita.
Peningkatan laba tersebut, Vita menjelaskan, didorong oleh kapabilitas pengelolaan kenaikan biaya, optimalisasi utilisasi, serta efisiensi operasional dan beban keuangan perusahaan.
Hal tersebut pun diklaim Vita sebagai bukti konkret atas ketahanan SIG dalam mengatasi berbagai tantangan yang tersedia di pasar.
Vita menyebut bahwa guna menjaga kinerja agar tetap berada pada jalur positif, SIG telah menyiapkan sejumlah strategi.
Selain ekspor untuk peningkatan utilisasi, SIG juga akan terus fokus meningkatkan efisiensi indeks produksi, biaya energi dan distribusi, dan area-area operasional lainnya dengan biaya yang lebih kompetitif.
"Perbaikan permintaan dan peningkatan penjualan ekspor akan membantu menciptakan peluang-peluang untuk SIG bisa meningkatkan volume penjualan dan optimalisasi utilisasi. Penerapan operational excellence yang terus berlanjut juga diharapkan akan mendorong pertumbuhan profitabilitas yang berkelanjutan,” tegas Vita. (TSA)