Pasca Buyback, Saham BATR Berpeluang Jadi Pemain Utama Industri Refraktori
Emiten ini memiliki peluang cerah di tengah kondisi pasar yang masih minim pemain lokal.
IDXChannel – Pasar material tahan api atau refraktori di Indonesia tengah menunjukkan geliat positif seiring pertumbuhan industri berat dalam negeri.
Di tengah potensi pertumbuhan dari sektor hilir seperti smelter, petrokimia, dan energi, permintaan terhadap produk refraktori diproyeksikan meningkat signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Di antara pemain lokal yang bersiap memanfaatkan peluang ini, PT Benteng Api Technic Tbk (BATR) menjadi salah satu yang paling diperhitungkan.
Research Analyst dari Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis menuturkan, emiten ini memiliki peluang cerah di tengah kondisi pasar yang masih minim pemain lokal.
Menurutnya, selama ini pasar refraktori Indonesia masih banyak dikuasai oleh produk impor, terutama dari China dan India. Namun dengan meningkatnya kebutuhan dari proyek-proyek hilirisasi seperti smelter nikel dan refinery logam, potensi permintaan jangka panjang terhadap produk lokal sangat terbuka.
“Pasar refraktori di Indonesia selama ini dikuasai oleh produk impor. Jika pemain lokal seperti BATR mampu menjaga kualitas dan memperluas kapasitas, mereka punya peluang besar mengisi kekosongan suplai lokal,” ujar Azis dalam risetnya Kamis (4/12/2025).
Azis juga menekankan bahwa proyek-proyek strategis nasional di sektor energi dan manufaktur akan menciptakan permintaan yang konsisten terhadap material tahan api. Dalam pandangannya, selama BATR mampu menjaga keandalan produk dan mengembangkan layanan teknis yang mendukung kebutuhan industri berat, perusahaan ini bisa tumbuh menjadi bagian penting dari rantai pasok industri dalam negeri.
Ke depan, keberhasilan BATR dalam mengeksekusi ekspansi kapasitas dan membangun jaringan pelanggan industri akan menjadi penentu utama keberlanjutan pertumbuhannya.
Dengan ceruk pasar yang besar namun belum tergarap maksimal, BATR berada pada momentum yang tepat untuk naik kelas. Namun, konsistensi dalam manajemen produksi, strategi pemasaran, serta kepatuhan pada standar teknis industri akan sangat menentukan apakah perusahaan ini benar-benar dapat menjadi pemain utama di industri refraktori nasional.
“Industri refraktori memang panas, tapi peluang keuntungannya juga membara. Jika mampu mengeksekusi ekspansi dengan baik, BATR punya peluang untuk naik kelas sebagai raja refraktori lokal,” kata Azis.
BATR merupakan produsen refraktori nasional yang telah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia sejak pertengahan 2024.
Perseroan memproduksi berbagai jenis material tahan panas seperti fire brick, castable refractory, mortar tahan api, hingga produk insulasi khusus yang digunakan dalam berbagai sektor industri bersuhu tinggi.
Dengan kapasitas produksi sekitar 1.300 ton per bulan, BATR tergolong sebagai pemain lokal yang memiliki ambisi besar di pasar yang selama ini didominasi oleh impor.
Sebagai langkah menjaga kepercayaan investor sekaligus memperkuat struktur kepemilikan saham, BATR baru saja menyelesaikan program pembelian kembali (buyback) saham dengan total dana sebesar Rp4 miliar.
Adapun dana buyback berasal dari kas internal dan tidak akan mengganggu likuiditas maupun kegiatan operasional perusahaan. Aksi korporasi ini dilaksanakan sepanjang periode 16 Mei hingga 16 Juli 2025, sebagai bentuk komitmen perseroan terhadap stabilitas nilai saham dan kepentingan pemegang saham.
Menurut data Kementerian Perindustrian, nilai impor produk refraktori Indonesia mencapai lebih dari USD200 juta per tahun. Fakta ini menjadi indikasi kuat bahwa kebutuhan material tahan api di dalam negeri sangat besar, namun belum sepenuhnya terlayani oleh produsen domestik.
BATR melihat kondisi ini sebagai peluang strategis untuk memperluas pangsa pasar dan memperkuat posisi sebagai pemain nasional yang kompetitif.
Manajemen BATR menuturkan ketergantungan terhadap impor merupakan salah satu tantangan utama bagi industri manufaktur nasional, sekaligus peluang bagi pelaku lokal yang mampu menjaga kualitas dan kontinuitas produksi.
Perseroan juga menegaskan bahwa permintaan dari sektor hilir seperti smelter nikel, peleburan logam, petrokimia, dan pembangkit listrik akan terus meningkat dalam jangka menengah. Oleh karena itu, ekspansi kapasitas dan investasi pada fasilitas produksi menjadi langkah krusial dalam strategi pertumbuhan perusahaan.
Untuk menopang rencana ekspansi tersebut, BATR telah menggunakan dana hasil penawaran saham perdana (IPO) untuk membiayai pembangunan fasilitas baru, pengadaan mesin produksi, serta modernisasi laboratorium teknis. Perusahaan juga memperkuat struktur permodalan untuk mendukung pengadaan bahan baku dan operasional harian.
Dengan strategi ini, BATR menargetkan pertumbuhan pendapatan menjadi Rp150 miliar pada tahun 2025, naik dari sekitar Rp123 miliar pada tahun sebelumnya. Laba bersih pun ditargetkan meningkat hingga menyentuh Rp14,8 miliar, mencerminkan optimisme terhadap efisiensi dan kenaikan volume penjualan.
(kunthi fahmar sandy)