MARKET NEWS

Penguatan Dolar Bikin Harga Nikel dan Tembaga Turun

Maulina Ulfa 24/06/2024 10:29 WIB

Harga nikel berjangka (futures) di London Metal Exchange (LME) turun 1,15 persen di level USD17.224 per ton pada perdagangan Jumat (21/6/2024).

Penguatan Dolar Bikin Harga Nikel dan Tembaga Turun. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga nikel berjangka (futures) di London Metal Exchange (LME) turun 1,15 persen di level USD17.224 per ton pada perdagangan Jumat (21/6/2024).

Harga tembaga di bursa LME juga merosot 1,78 persen di level USD9.682,5 per ton.

Nikel kembali terkoreksi di kisaran USD17.300 per ton dan harga tembaga juga mundur dari level tertingginya di USD10.000 per ton yang menyamai level awal April, seiring penguatan dolar Amerika Serikat (AS).

Data terbaru PMI S&P manufaktur AS menunjukkan penguatan sinyal semakin membuat pasar pesimis terhadap penurunan suku bunga oleh bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Ini menyebabkan beberapa investor menyesuaikan atau mengurangi posisi mereka di bursa komoditas.

Indeks dolar melonjak di atas 105,8 menjelang akhir pekan, mencapai level tertinggi dalam tujuh pekan karena data PMI S&P AS yang solid.

Aktivitas bisnis AS mengalami pertumbuhan tercepat dalam 26 bulan pada bulan Juni, menurut data awal PMI dari S&P Global, menandakan penutupan kuartal kedua yang kuat.

Meskipun bank sentral AS telah mendesak kehati-hatian terhadap penurunan suku bunga, ECB, hingga SNB telah mulai menurunkan suku bunga.

Bank of England (BOE) juga bersiap untuk segera menurunkan suku bunga, sementara BOJ diperkirakan akan menaikkan suku bunga.

Melansir Trading Economics, harga nikel turun tajam seiring para analis memperkirakan tantangan yang sedang berlangsung akibat kelebihan pasokan pasar dan memperkirakan total stok nikel primer akan mencapai level tertinggi dalam empat tahun pada 2024, sehingga membatasi pemulihan harga yang signifikan hingga sisa tahun ini.

Sementara harga tembaga turun di tengah ketidakpastian ketersediaan bijih tembaga dan buruknya permintaan dari konsumen utama dunia, China.

Selain itu, terdapat gangguan operasional perusahaan raksasa Chili yang dikelola negara, Codelco, menekan hasil produksi tambang utama mereka.

Kondisi ini sempat menambah kekhawatiran bahwa pabrik peleburan China dapat mengurangi kapasitasnya di tengah biaya pengolahan yang rendah.

Permintaan yang buruk juga membatasi kenaikan harga tembaga. Output industri di China melambat lebih dari perkiraan pada Mei. Sementara penurunan harga rumah yang lebih cepat, investasi aset tetap yang moderat, dan kontraksi PMI manufaktur di negara-negara konsumen utama dunia meningkatkan kekhawatiran bahwa permintaan tembaga tidak akan pulih.

Akibatnya, persediaan tembaga China bertahan mendekati level tertinggi sejak tahun 2020 pada Juni, mengalahkan faktor musiman yang mendukung penurunan.

Hal ini membuat harga pengiriman dari bursa Shanghai tetap didiskon ke bursa LME selama lebih dari satu bulan. (ADF)

SHARE