Pergerakan Komoditas Sepekan: Harga Batu Bara USD162 per Ton
Sejumlah komoditas mengalami fluktuasi harga bervariasi dalam perdagangan sepekan, 14-18 Agustus 2023.
IDXChannel - Sejumlah komoditas mengalami fluktuasi harga bervariasi dalam perdagangan sepekan, 14-18 Agustus 2023.
Beberapa harga komoditas bergerak tersengat sejumlah sentimen makro minggu ini, seperti kasus kebangkrutan pengembang properti raksasa China hingga sinyal hawkis Federal Reserve (The Fed) dari pertemuan risalah Juli.
1. Minyak
Harga minyak mentah pekan ini mengalami penurunan lebih dari 2% dan menghentikan kenaikan beruntun tujuh minggu, dengan minyak mentah berjangka WTI diperdagangkan USD81,25 per barel dan harga minyak Brent di level USD84,80 per barel.
Pasar minyak kembali bergejolak karena melemahnya ekonomi China dan kekhawatiran kenaikan suku bunga AS lebih lanjut melebihi tanda-tanda pengetatan pasokan global.
Data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan dan krisis sektor properti yang semakin dalam di China menambah kekhawatiran tentang ekonomi negeri Tirai Bambu. Langkah bank sentral untuk menurunkan suku bunga yang mengejutkan juga gagal menenangkan pasar.
Selain itu, Risalah pertemuan Juli bank sentral AS, The Fed juga menunjukkan sinyal pengetatan kebijakan moneter dalam waktu yang panjang dan bahkan kenaikan suku bunga lanjutan.
Sementara itu, investor tetap berhati-hati di tengah tanda-tanda pengetatan pasokan di pasar minyak setelah anggota utama OPEC+, Arab Saudi dan Rusia membatasi pasokan.
2. Emas
Harga emas bertahan di bawah USD1.900 per troy ons pada perdagangan Jumat (18/8/2023) dan diperkirakan akan turun untuk minggu keempat berturut-turut.
Harga emas masih terbebani oleh dolar dan imbal hasil Treasury yang menguat pekan ini karena hasil risalah pertemuan Juli The Fed yang sarat akan sinyal kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Data terbaru juga menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun minggu lalu. Kondisi ini masih menunjukkan semakin ketatnya pasar tenaga kerja.
Di tempat lain, data menunjukkan bahwa tingkat inflasi inti Jepang melambat seperti yang diharapkan pada Juli tetapi tetap di atas target Bank of Japan selama 16 bulan berturut-turut.
Investor juga memantau sektor real estat China setelah pengembang top Evergrande mengajukan perlindungan dari kreditur di pengadilan kebangkrutan AS.
3. Batu bara
Kontrak berjangka batu bara Newcastle naik lebih dari USD150 per ton, tertinggi dalam hampir tiga bulan. Kenaikan didorong oleh meningkatnya permintaan dari China dan kenaikan harga gas alam karena kemungkinan pemogokan di fasilitas LNG Australia.
Data Barchart Jumat (18/8) untuk batu bara kontrak Oktober 2023 naik 2,97 persen di level USD162,7 per ton.
Impor batu bara China melonjak 67 persen yoy di Juli dan naik 86 persen sejak awal tahun karena meningkatnya permintaan tenaga termal di tengah kekurangan pembangkit listrik tenaga air.
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa permintaan batu bara China untuk musim panas tampaknya telah mencapai puncaknya, karena suhu biasanya mulai menurun sejak pertengahan Agustus.
Meskipun demikian, terdapat potensi peningkatan permintaan dari sektor industri dalam beberapa bulan mendatang didorong oleh komitmen Beijing untuk menerapkan kebijakan stimulus tambahan untuk mendukung perekonomian.
Sementara itu, rata-rata produksi batu bara harian China turun ke level terendah sembilan bulan karena inspeksi keselamatan yang intensif dan penutupan sementara tambang batu bara menyusul dua kecelakaan fatal di pusat batu bara utama Shanxi pada Juli.
4. CPO
Harga minyak sawit berjangka Malaysia sedikit di bawah MYR3.900 per ton setelah naik mendekati level tertinggi dalam dua minggu terakhir.
Para pelaku pasar tengah mencerna laporan bahwa Uni Eropa meluncurkan penyelidikan apakah biodiesel dari Indonesia menghindari bea UE melalui China dan Inggris.
Reuters melaporkan pembeli utama India merevisi bea ekspor untuk minyak sawit dan olein.
Namun, kontrak CPO India dikabarkan melonjak 4,4 persen untuk minggu ini. Kondisi ini didukung oleh pelemahan ringgit, permintaan yang kuat dari India dan Eropa serta ekspektasi ke depan harga minyak kedelai yang lebih tinggi di tengah permintaan domestik yang kuat.
Sementara itu, Indonesia sebaga produsen utama CPO menetapkan harga referensi minyak sawit mentah lebih rendah pada USD820,35 per ton untuk 16-31 Agustus. (RNA)