MARKET NEWS

Pertama Kalinya dalam Sejarah, Harga Minyak AS Sentuh Level Minus

Fahmi Abidin 21/04/2020 09:15 WIB

Melemahnya permintaan dipasar global akibat pandemi Covid-19 membuat Harga minyak mentah AS menyentuh level minus untuk pertama kali dalam sejarah.

Pertama Kalinya dalam Sejarah, Harga Minyak AS Sentuh Level Minus. (Foto: Ist)

IDXChannel - Melemahnya permintaan dipasar global akibat pandemi Covid-19 membuat Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) menyentuh level minus untuk pertama kali dalam sejarah.

West Texas Intermediate (WTI) berjangka untuk pengiriman Mei merosot 55,9 dolar AS, atau lebih dari 305 persen, menjadi -37,63 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Para traders diperkirakan menjual minyak dengan harga tersebut.

Untuk pertama kalinya kontrak berjangka minyak diperdagangkan negatif dalam sejarah. Menurut Dow Jones Market Data, kontrak Mei berakhir pada Selasa. Namun kontrak WTI Juni turun lebih dari 18 persen menjadi 20,43 dolar AS per barel.

Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni turun 2,51 dolar AS menjadi 25,57 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Para ahli melihat bahwa para traders sejatinya secara cepat bertindak untuk kemungkinan terburuk sehingga berkontribusi pada penurunan tajam yang pertama kali terjadi ini.

"Kami menghubungkan kelemahan harga WTI dengan berakhirnya kontrak Mei besok dan volume perdagangan rendah yang menyertainya," kata Giovanni Staunovo, seorang analis komoditas di UBS Global Wealth Management, kepada Xinhua pada Senin (20/4/2020).

Ditambahkan Giovanni, permintaan yang lebih lemah seiring pandemi Covid-19 dan potensi kelebihan pasokan merupakan masalah yang berat. Selain itu, ungkapnya, penurunan lebih banyak kontrak berjangka mencerminkan masalah yang lebih luas yang kita miliki di pasar minyak, yaitu kelebihan pasokan parah di kuartal kedua.

Permintaan minyak global diperkirakan turun dengan rekor 9,3 juta barel per hari tahun ke tahun pada 2020, Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan dalam laporan bulanannya yang baru dirilis.

"Dampak dari tindakan lockdown di 187 negara dan wilayah telah membuat mobilitas hampir terhenti," kata IEA. (*)

SHARE