MARKET NEWS

Piutang Pembiayaan BFIN Tumbuh 9,6 Persen, Analis Pangkas Proyeksi EPS di 2025

Dinar Fitra Maghiszha 03/03/2025 11:17 WIB

Analis memangkas proyeksi laba per saham dasar (EPS) BFIN untuk tahun fiskal 2025 sebesar 4 persen, dan pada 2026 sebesar 5 persen.

Piutang Pembiayaan BFIN Tumbuh 9,6 Persen, Analis Pangkas Proyeksi EPS di 2025. (Foto MNC Media)

IDXChannel - PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) mencatatkan pertumbuhan piutang pembiayaan (receivable booking) sebesar 13,7 persen secara kuartalan (qoq) menjadi Rp5,8 triliun pada kuartal IV-2024. Sementara secara tahunan (yoy) tumbuh 9,6 persen.

Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan receivable booking bulanan pada Desember 2024 yang mencapai ambang batas Rp2 triliun, kembali ke level sebelum perusahaan dilanda serangan siber pada Mei 2023.

“Porsi piutang pembiayaan terbesar adalah pembiayaan berjaminan kendaraan roda empat dan roda dua sebesar 59,5 persen, diikuti oleh pembiayaan alat berat dan mesin sebesar 15,5 persen,” kata Presiden Direktur BFIN Sutadi dalam keterangan, dikutip pada Senin (3/3/2025).

Sedangkan laba bersih BFIN sepanjang 2024 mencapai Rp1,56 triliun. Capaian itu melandai 4,81 persen year-on-year (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.

Alhasil, laba per saham dasar (EPS) BFIN terkoreksi menjadi Rp104 per saham, dari semula Rp109 per saham.

Dari sisi kualitas aset, BFIN menargetkan rasio non-performing financing (NPF) tetap di bawah 1,5 persen pada 2025, dengan credit cost sebesar 3-3,5 persen.

Riset CGS International Sekuritas mencatat tingkat kerugian untuk pembiayaan mobil baru BFIN masih tinggi, yakni mencapai 40 persen, sementara untuk mobil bekas dealer sebesar 20 persen, dan refinancing mobil bekas hanya 5 persen.

Analis memangkas proyeksi laba per saham dasar (EPS) BFIN untuk tahun fiskal 2025 sebesar 4 persen, dan pada 2026 sebesar 5 persen.

“Karena kami menurunkan Net Interest Margin (NIM), dan mengasumsikan credit cost yang konservatif,” ujar Analis CGS Internatinal Handy Noverdaniusdkk, dikutip pada Senin (3/3/2025).

Meski demikian, BFIN dinilai masih memperkuat posisinya di segmen non-dealer financing (NDF) yang menjadi mesin pertumbuhan utama. 

Perusahaan juga menjajaki peluang ekspansi dengan menjalin kolaborasi dalam ekosistem GOTO dan ARTO, yang diproyeksikan menyumbang 10-15 persen dari total piutang terkelola dalam tiga tahun ke depan. 

“Banyak perusahaan sejenis yang hanya menawarkan NDF kepada pelanggan existing mereka, sementara BFIN menargetkan pelanggan existing dan pelanggan baru melalui agen,” kata analis.

Proyeksi dan Target Saham

Kendati ada revisi proyeksi EPS, analis mempertahankan rekomendasi Add, dengan target harga Rp1.200 per saham.

Adapun faktor pendorong re-rating saham BFIN ke depan mencakup pertumbuhan piutang yang lebih tinggi dari ekspektasi serta peningkatan NIM. 

Sebaliknya, risiko yang dapat menghambat pergerakan saham mencakup perlambatan pertumbuhan piutang dan memburuknya kualitas kredit.

Level support BFIN berada di Rp840, dan resistance di Rp910, dengan target jangka menengah di Rp945.

Hingga Senin (3/3/2025) pukul 10:05 WIB, saham BFIN naik 0,60 persen ke Rp845 per saham.

(Dhera Arizona)

SHARE