MARKET NEWS

Produksi Batu Bara 2026 Diproyeksi Turun, Intip Prospek PTBA 

Desi Angriani 15/11/2025 19:38 WIB

Target produksi batu bara nasional untuk 2026 diperkirakan berada di bawah 700 juta ton berdasarkan proyeksi terbaru.

Produksi Batu Bara 2026 Diproyeksi Turun, Intip Prospek PTBA (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Target produksi batu bara nasional untuk 2026 diperkirakan berada di bawah 700 juta ton berdasarkan proyeksi terbaru yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Hal ini menjadi refleksi dari penurunan signifikan dalam produksi batu bara Indonesia, yang diproyeksikan hanya mencapai sekitar 750 juta ton pada 2025, turun hampir 10 persen dibandingkan dengan realisasi tahun 2024 yang mencapai 836 juta ton. 

Faktor utama yang mempengaruhi penurunan ini adalah lemahnya permintaan dari dua pasar utama, China dan India, serta kebijakan pemerintah yang semakin ketat untuk mengatur tingkat produksi dalam rangka menstabilkan harga komoditas batu bara.

Sementara itu, proyeksi dari International Energy Agency (IEA) menunjukkan bahwa permintaan batu bara global pada 2026 diperkirakan akan tetap stagnan, hanya sedikit menurun sebesar 0,2 persen dibandingkan dengan estimasi 2025. 

Di sisi lain, suplai batu bara global diperkirakan menurun sekitar 1,4 persen, memberikan gambaran tentang ketatnya pasokan yang mungkin bisa mendongkrak harga batu bara meski permintaan dari negara-negara konsumen besar tetap lemah.

Menurut riset Stockbit, Jumat (14/11/2025) dinamika ini memberi dampak langsung pada kinerja produsen batu bara Indonesia, termasuk PT Bukit Asam Tbk (PTBA), yang harus menyesuaikan strategi produksi dan penjualan di tengah ketidakpastian pasar global. 

PTBA sebagai salah satu pemain utama di sektor batu bara domestik, diprediksi akan menghadapi tekanan pada volume ekspor dan harga jual, terutama karena adanya kebijakan Domestic Market Obligation (DMO).

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, baru-baru ini menyatakan bahwa pemerintah tengah mempertimbangkan opsi untuk menaikkan porsi DMO menjadi lebih dari 25 persen dari total produksi batu bara. 

Kebijakan ini muncul di tengah ketimpangan pemenuhan kewajiban DMO antar perusahaan, di mana PTBA memiliki porsi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan perusahaan tambang swasta lainnya. Jika kebijakan tersebut diterapkan, perusahaan tambang seperti PTBA harus menanggung beban yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik.

Di satu sisi, peningkatan porsi DMO berpotensi menekan harga jual rata-rata produsen batu bara, karena harga jual batu bara untuk pasar domestik cenderung lebih rendah dibandingkan dengan harga ekspor. 

Di sisi lain, distribusi DMO yang lebih merata di industri bisa memberikan keuntungan dalam hal harga jual rata-rata. Hal ini dikarenakan PTBA, yang selama ini lebih terkonsentrasi memenuhi kewajiban DMO, bisa mendapatkan harga jual yang lebih baik jika distribusi tersebut menjadi lebih seimbang di seluruh sektor tambang batu bara Indonesia.

Prospek PTBA di Tengah Penurunan Produksi

Secara spesifik, PTBA menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan kinerja di tengah proyeksi penurunan produksi batu bara Indonesia. Namun, dengan strategi pengelolaan yang baik, PTBA dapat memanfaatkan kenaikan harga batu bara domestik yang mungkin terjadi akibat ketatnya suplai. 

Hingga kuartal III-2025, Indonesia mencatatkan penurunan produksi batu bara sebesar 15 persen YoY menjadi 509 juta ton, dengan ekspor batu bara turun 4,7 persen YoY. 

Penurunan ekspor ini sejalan dengan tren global yang menunjukkan bahwa banyak negara konsumen batu bara utama sedang mengurangi ketergantungan mereka terhadap komoditas ini seiring dengan transisi ke energi terbarukan.

Namun, PTBA sebagai salah satu BUMN yang memiliki kemampuan lebih dalam memenuhi DMO, diperkirakan akan tetap stabil dalam menghadapi tantangan ini. DMO yang lebih terkelola dan terdistribusi dengan adil bisa menjadi peluang bagi PTBA untuk mempertahankan daya saing harga jual, bahkan jika pasar global tetap lemah.

"Spesifik untuk PTBA, implementasi DMO yang lebih merata seindustri dibandingkan lebih terkonsentrasi pada PTBA berpotensi meningkatkan harga jual rata-rata PTBA," tulis Stockbit dalam risetnya.

(DESI ANGRIANI)

SHARE