MARKET NEWS

Prospek Harga Minyak, Pasar Tunggu Kepastian Arah dari The Fed dan Sanksi Rusia

TIM RISET IDX CHANNEL 21/07/2025 07:17 WIB

Harga minyak mentah jenis light sweet crude atau WTI ditutup pada level USD66,05 per barel pada Jumat (18/7/2025), melemah 1,62 persen dalam sepekan.

Prospek Harga Minyak, Pasar Tunggu Kepastian Arah dari The Fed dan Sanksi Rusia. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak mentah jenis light sweet crude atau WTI ditutup pada level USD66,05 per barel pada Jumat (18/7/2025), melemah 1,62 persen dalam sepekan.

Penurunan ini mencerminkan ketidakpastian pasar dalam membaca arah fundamental, di tengah silang sengkarut faktor geopolitik, prospek permintaan global, dan perkembangan kebijakan suku bunga bank sentral.

Menurut analisis FX Empire, pelemahan harga terjadi meskipun ada gangguan pasokan dari Irak akibat serangan drone yang menghentikan produksi di wilayah Kurdistan. Output sempat turun dari 280.000 menjadi 130.000 barel per hari.

Namun, peningkatan stok minyak mentah AS sebesar 839.000 barel versi API, serta naiknya persediaan bensin dan distilat, menekan harga dengan memberi sinyal pasokan domestik masih mencukupi meski musim mengemudi tengah berlangsung.

Dari sisi makroekonomi, investor mencermati prospek pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed). Data perumahan AS menunjukkan penurunan pembangunan rumah tapak ke level terendah dalam 11 bulan.

Namun di sisi lain, sentimen konsumen membaik dan ekspektasi inflasi menurun, membuka ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter. Jika The Fed benar-benar memangkas suku bunga, aktivitas industri dan permintaan energi bisa ikut terdongkrak.

Sementara itu, Eropa kembali memberlakukan sanksi terhadap minyak Rusia dalam paket ke-18, termasuk penurunan batas harga G7 menjadi USD47,60 per barel dan pengawasan lebih ketat terhadap armada tanker bayangan.

Namun, pasar tampak skeptis terhadap efektivitasnya, mengingat ekspor Rusia masih terus mengalir ke India, Turki, dan negara perantara lainnya. Pelaku pasar kini menanti apakah AS akan menindak pembeli minyak Rusia—langkah yang dinilai bisa benar-benar mengubah peta pasokan global.

Di Asia, lonjakan impor minyak China sebesar 7,4 persen secara tahunan pada Juni menjadi sorotan. Peningkatan ini didorong oleh aktivitas kilang milik negara yang kembali beroperasi usai perawatan, guna membangun kembali stok bensin dan solar.

Akan tetapi, J.P. Morgan mencatat, kapasitas penyimpanan saat ini telah mendekati 95 persen dari puncaknya pada 2020, sehingga ada kekhawatiran bahwa permintaan riil sebenarnya tidak sekuat data impor yang terlihat.

Secara teknikal, arah pergerakan harga minyak mentah light sweet crude kini bergantung pada respons pasar terhadap area rata-rata pergerakan 52 pekan (MA-52 week) di USD64,40.

Jika harga bertahan di atas level ini, maka peluang menuju USD69,89 terbuka. Namun bila gagal bertahan, harga berpotensi turun kembali ke titik terendah bulanan di USD62,69, yang bisa menjadi pemicu penurunan lebih lanjut. (Aldo Fernando)

SHARE