MARKET NEWS

Ramai Sentimen, Simak Proyeksi IHSG dan 10 Saham Pekan Ini 

Anggie Ariesta 14/11/2022 11:26 WIB

IHSG diprediksi akan melanjutkan penguatan di pekan ini. Penguatan tersebut akan ditopang oleh tiga sentimen domestik.

Ramai Sentimen, Simak Proyeksi IHSG dan 10 Saham Pekan Ini. (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diprediksi akan melanjutkan penguatan di pekan ini. Penguatan tersebut akan ditopang oleh tiga sentimen domestik.

Sentimen tersebut, antara lain surplus neraca perdagangan Oktober yang diprediksi masih akan berlanjut, keputusan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan, dan perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Mino mengatakan, market pekan ini juga akan tertopang dua sentimen eksternal, yakni ekspektasi Bank Sentral Amerika yang akan menurunkan keagresifannya dalam menaikkan suku bunga acuan, dan harga komoditas.

"Pada Oktober surplus neraca perdagangan diprediksi masih akan berlanjut. Menurut konsensus Bloomberg, surplus neraca perdagangan diprediksi sebesar USD4,5 miliar. Surplus neraca perdagangan diprediksi akan menjadi sentimen cukup positif bagi IHSG dan Rupiah," tegas Mino dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (14/11/2022).

Menurut Mino, saat adalah rekor di mana neraca perdagangan kita itu selalu surplus dari awal tahun. Kalau pun turun, angkanya masih cukup besar dan ini akan masih sangat positif.

"Surplus ini tercatat di net ekspor-impor GDP kita. Kalau semakin gede net-nya atau surplus, maka akan positif untuk ekonomi kita," terangnya. 

Optimisme penguatan IHSG pekan ini juga akan tertopang keputusan Bank Indonesia terkait suku bunga acuan. Mino menjelaskan, pasca kembali dinaikkannya suku bunga acuan di Amerika sebesar 75 bps menjadi 4% diprediksi akan membuat Bank Indonesia dalam pertemuan dua hari 16-17 November akan kembali menaikan suku bunga acuan.

"Menurut konsensus Bloomberg Bank Indonesia diprediksi akan menaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 5,25%," kata Mino.

Selanjutnya, pergerakan IHSG yang positif pada pekan ini juga akan tertopang perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS. 

Mino menjelaskan, data inflasi Oktober yang lebih rendah dari ekspektasi dan memberikan sinyal bahwa inflasi di AS sudah melewati masa puncaknya diprediksi akan membuat nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama lainnya kembali melemah. 

Adapun pelemahan tersebut tidak terlepas dari ekspektasi bahwa The Fed akan lebih lunak dalam menaikan suku bunga acuan.

Sementara itu, sentimen penopang lainnya dari sisi eksternal yakni ekspektasi Bank Sentral Amerika yang akan menurunkan keagresifannya dalam menaikkan suku bunga acuan

"Pada pertemuan yang akan dilaksanakan oleh bank sentral Amerika pada pertengahan Desember nanti, The Fed diprediksikan hanya akan menaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 5,25% setelah dalam empat pertemuan sebelumnya menaikan suku bunga acuan sebesar 75 bps secara berturut-turut," jelas Mino.

Jika melihat tren Rupiah yang menguat, dolar AS yang melemah dan ada ekspektasi The Fed tidak agresif, kemungkinannya bisa jadi di bawah konsensus. Konsensusnya masih tinggi.

"Kalau BI menaikkan suku bunga biasanya tujuannya adalah mencegah pelemahan Rupiah tapi sekarang Rupiahnya berbalik," ujar Mino.

Terkait harga komoditas terutama mineral logam, terangnya, memiliki sinyal yang cukup baik. Harga komoditas mineral logam seperti nikel dan timah akan melanjutkan penguatan minggu sebelumnya seiring turunnya cadangan di LME.

Didukung optimisme ini, Mino merekomendasikan buy pada saham-saham berikut ini untuk trading dalam sepekan hingga 18 November 2022:

INCO: Support 6.825 Resist 7.975
ANTM: Support 1.930 Resist 2.330
BMRI: Support 9.975 Resist 10.775
BBCA: Support 8.650 Resist 9.000 
CTRA: Support 920 Resist 980
EMTK: Support 1.630 Resist 1.860
SCMA: Support 246 Resist 280
LPPF: Support 4.700 Resist 5.100
KLBF: Support 1.960 Resist 2.040
ICBP: Support 9575 Resist 10.025.

(FAY)

SHARE