Raup Dana Rp26,25 Triliun, Indonesia Mau Buyback Obligasi Global
Pemerintah Indonesia berhasil meraup dana tambahan dari hasil penjualan obligasi global sebanyak USD1,84 miliar, atau setara dengan Rp26,25 triliun.
IDXChannel - Pemerintah Indonesia berhasil meraup dana tambahan dari hasil penjualan obligasi global sebanyak USD1,84 miliar, atau setara dengan Rp26,25 triliun. Sebagian dari hasil tersebut akan digunakan untuk membeli kembali obligasi dolar yang beredar usai penawaran perdana.
Dilansir dari Bloomberd, Selasa (14/9/2021), Indonesia sendiri menerbikan delapan obligasi dengan masa jatuh tempo 10 tahun dan 40 tahun, yang akan berakhir pada 2022 hingga 2026, demikian laporan dari Refinitiv IFR.
dengan terkumpulnya dana yang dibutuhkan, Indonesia berencana untuk membeli kembali sejumlah obligasi yang beredar, dan menyiapkan anggaran setidaknya sebesar USD1,25 miliar atau setara dengan Rp17,82 triliun (Rp14.263 per USD).
Analis dari Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, menyebut rencana buyback atau pembelian kembali ini adalah yang pertama kali dilakukan oleh Indonesia. sekaligus upaya untuk "memperbaiki profil utangnya untuk mengurangi risiko pembiayaan kembali dengan obligasi bertenor lebih panjang yang sekarang relatif rendah dan menghasilkan."
Obligasi dolar tenor yang lebih pendek membawa hasil 2,18%, sedangkan catatan yang lebih panjang memiliki hasil 3,28%.
Yunianto mengatakan harga penawaran tender ditetapkan relatif sesuai dengan harga pasar, menambahkan strategi tersebut mungkin terkait dengan ekspektasi likuiditas global yang lebih ketat dan suku bunga yang lebih tinggi ketika Federal Reserve AS mulai mengurangi program pembelian kembali aset di era pandemi.
Pemerintah juga mengumpulkan 500 juta euro (USD590,7 juta) untuk penjualan perdana obligasi berdenominasi euro yang secara khusus diarahkan untuk mendanai upayanya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, IFR melaporkan. Obligasi SDGs, yang akan jatuh tempo dalam 12 tahun, membawa hasil 1,351%.
Kepala kantor utang kementerian keuangan tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Defisit fiskal Indonesia telah melebar secara signifikan sejak tahun lalu karena lonjakan pengeluaran untuk mengelola dampak pandemi Covid-19. Bank sentralnya telah membeli obligasi langsung dari pemerintah untuk membantu membatasi kenaikan beban bunga untuk tahun-tahun mendatang. (TYO)