MARKET NEWS

Restrukturisasi UMKM, Chatib Basri: Benar Tidak Tahun Depan Membaik?

Shifa Nurhaliza 26/06/2020 14:15 WIB

Demi menyelematkan para pelaku usaha khususnya UMKM, sejumlah kebijakan dilakukan pemerintah diantaranya dengan pelonggaran pembayaran kredit cicilan.

Restrukturisasi UMKM, Chatib Basri: Benar Tidak Tahun Depan Membaik?. (Foto: Ist)

IDXChannel – Demi menyelematkan para pelaku usaha khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), sejumlah kebijakan dilakukan pemerintah diantaranya dengan pelonggaran pembayaran kredit cicilan atau restrukturisasi pinjaman.

Kendati demikian, Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri, menilai bahwa hal ini sangat berbahaya dengan timbulnya masalah di tahun depan. Karena adanya restrukturisasi pinjaman bagi pelaku usaha khususnya UMKM dengan pinjaman dibawah Rp10 miliar.

“Relaksasi penundaan pembayaran pinjaman hinggga akhir tahun ini justru dapat mendatangkan masalah lantaran belum adanya jaminan pelaku usaha untuk membayar tagihan pinjaman di tahun depan. Terlebih hingga saat ini belum adanya bantuan dari pemerintah agar usaha mereka dapat berjalan,” katanya kepada Video Jurnalist (VJ) IDX Channel, Ade Firmansyah, pada Jumat (26/6/2020).

Ditambahkan Chatib, yang harus dilakukan Pemerintah adalah dengan meningkatkan permintaan agar daya beli masyarakat semakin kuat. Melihat hal tersebut, tak heran jika mantan Menkeu ini memandang kebijakan moneter saja tidak cukup.

“Bener tidak setahun kedepan akan baik? Riil problem saja muncul di tahun 2021, kenapa? Karena sekarang saja kredit UMKM bisa di restrukturisasi, tapi setelah enam bulan tahu akan balik gak? Bisa jalan tidak bisnisnya?,” kata Chatib.

Ditegaskan Chatib, kita tahu apapun yang bisa di restrukturisasi UMKM Rp10 miliar kebawah itu bisa diperpanjang. “Tapi, Maret nanti itu tidak bisa diperpanjang dan itulah problem yang akan muncul di bank. Dan masyarakat akan tahu nanti pada kuartal di 2021,” katanya.

Dengan kondisi seperti ini, menurut Chatib perbaikan ekonomi tidak bisa jika dari penurun bunga saja. “Kenapa permintaan kredit turun, buat apa kredit? Ya karena tidak ada yang beli barang dan tidak ada permintaan. Untuk itu permintaan harus dilakukan, biar dunia usaha lebih expand. Harus fiskal bukan moneter. Ngasih uang ke orang lewat BLT, tapi sayangnya yang dikasih uang itu orang miskin bukan masyarakat menengah,” tandasnya.

Disamping itu, masalah lain yang harus diantisipasi tahun depan adalah adanya kemungkinan pengusaha mulai mengurangi jumlah pekerja dan menggantinya dengan mesin. Penggunaan teknologi ini akan dilakukan untuk antisipasi penularan virus korona jika dalam satu ruangan produksi terlalu banyak orang seperti sebelum adanya wabah Covid-19. (*)

SHARE