MARKET NEWS

RI Jadi Negara Paling Aktif IPO se-ASEAN di Kuartal I-2023

Fiki Ariyanti 09/04/2023 06:31 WIB

Intip jumlah IPO di Indonesia dibandingkan negara tetangga di ASEAN.

RI Jadi Negara Paling Aktif IPO se-ASEAN di Kuartal I-2023 (Foto MNC Media)

IDXChannel - Terjadi penurunan penawaran umum perdana (IPO) secara global pada kuartal I-2023. Penyebabnya, karena kenaikan suku bunga, volatilitas pasar saham, inflasi tinggi, dan gejolak industri perbankan dunia. 

Perusahaan teknologi yang menjadi andalan dalam kegiatan IPO dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan valuasi. Kondisi ini mengakibatkan penurunan volume dan hasil IPO secara keseluruhan. 

Di wilayah Asia Pasicif (APAC), volume IPO turun 6 persen secara yoy menjadi 175 IPO. Sementara pendapatan anjlok 70 persen yoy menjadi USD12,7 miliar. Kendati mengalami penurunan pasar IPO di kawasan ini merupakan 59 persen dari kesepakatan IPO secara global, seperti dikutip dari The Edge Singapore, Sabtu (8/4/2023). 

Angka yang lebih rendah dikaitkan dengan pasar China dan Hong Kong yang lebih tenang. Meski IPO China disebut berada pada jalur yang diproyeksi sehat dengan hasil IPO menyumbang 40 persen dari perolehan dunia. 

Selama kuartal tersebut, Bursa Efek Shenzhen (SZSE) China mencatat jumlah pendapatan tertinggi sebesar USD4,7 miliar, mewakili 22 persen dari pendapatan IPO global. Shanghai Stock Exchange (SSE) negara itu berada di urutan kedua dengan USD4,3 miliar hasil yang mewakili 20 persen dari hasil IPO global. 

Secara keseluruhan, investor mengambil sikap wait and see karena menanti indikator pemulihan pasar lebih lanjut.

Di Asia Tenggara, volume IPO naik sebesar 75,9 persen yoy menjadi 51 IPO yang menghasilkan pendapatan sebesar USD1,4 miliar atau naik sebesar 40 persen yoy, Di kawasan ini, Indonesia adalah yang paling aktif dengan 30 IPO dan menghasilkan USD828 juta. 

Thailand, di posisi kedua, mencatatkan 10 IPO yang mengumpulkan USD322 juta. Malaysia berada di urutan ketiga dengan 10 IPO mengumpulkan USD238 juta. Sementara Singapura di urutan keempat dengan hanya satu IPO yang mengumpulkan USD15 juta.

Di AS, ada 31 kesepakatan IPO, delapan di antaranya bernilai lebih dari USD50 juta. NASDAQ AS melihat 29 kesepakatan IPO yang mewakili 10 persen dari volume IPO global. 

“Meskipun tingkat aktivitas IPO berada di sisi yang lebih ringan, kami telah mulai melihat beberapa perkembangan awal yang positif di inflasi, suku bunga, valuasi, dan volatilitas pasar yang dapat memulihkan pasar IPO Amerika," kata EY.

Di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA), aktivitas IPO turun 19 persen yoy menjadi 84 kesepakatan dengan hasil yang turun 36 persen yoy menjadi USD6,2 miliar. Hal ini disebabkan banyak perusahaan yang menarik atau menunda IPO karena kondisi pasar, dari catatan EY.

India yang diklasifikasikan EY memiliki jumlah IPO terbesar di EMEIA mengalami penurunan hasil sebesar 83 persen. Bursa saham nasional India (NSE) dan Bombay Stock Exchange (BSE) melihat jumlah IPO tertinggi berdasarkan volume dengan 42 kesepakatan yang mewakili 14 persen dari IPO global.

Secara global, Timur Tengah adalah satu-satunya wilayah dengan mega IPO.

(FAY)

SHARE