MARKET NEWS

Risiko Resesi Meningkat, Bursa Asia Bergerak Lesu di Awal Pekan

Tim IDXChannel 26/09/2022 08:57 WIB

Bursa saham Asia dibuka melemah pada perdagangan awal pekan  ini (26/9/2022).

Risiko Resesi Meningkat, Bursa Asia Bergerak Lesu di Awal Pekan (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Bursa saham Asia dibuka melemah pada perdagangan awal pekan  ini (26/9/2022). Sementara imbal hasil obligasi naik di tengah tekanan terus menerus pada aset sensitif berisiko karena kekhawatiran laju inflasi yang lebih cepat dan peningkatan resesi global. 

Indeks saham Nikkei Jepang anjlok 2,26% atau 616,34 poin ke level 26.537,4. Disusul Indeks Australia ASX dengan pelemahan 2,03% atau 137,50 poin ke level 6.651,20. Indeks Kospi Korea Selatan tergelincir 1,39%.  

Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,25% atau 45,46 poin ke level 17.888,4, dan Indeks Taiwan merosot 1,82% atau 252,79 poin ke level 13.859,9. Indeks Shanghai China turun 0,67% atau 20,80 poin ke level 3.067,5. 

Sedangkan indeks saham global jatuh ke posisi terendah baru untuk tahun ini. Saham berjangka AS jatuh dan kontrak untuk Hong Kong lebih rendah. 

Perdagangan saham minggu ini akan diwarnai sejumlah laporan ekonomi, termasuk data pengangguran awal AS dan data produk domestik bruto bersamaan dengan data Purchasing Managers' Index (PMI) China. 

"Kita berada dalam periode suram global dengan pesimisme menyelimuti berbagai negara karena alasan yang berbeda," kata Ed Yardeni, Presiden Perusahaan Riset Eponymous yang memperingatkan peningkatan awan badai bagi ekonomi AS, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (26/9).  

"Data terbaru cocok dengan skenario resesi pertumbuhan, tetapi risiko resesi besar-besaran jelas meningkat," ujarnya. 

Imbal hasil obligasi tetap tinggi dengan kenaikan suku bunga AS dua tahun selama 13 hari berturut-turut hingga Jumat lalu dalam rekor terpanjang sejak 1976. Imbal hasil obligasi pemerintah Australia juga naik. 

"Dolar AS raja, kami telah melihat mata uang di seluruh Asia berada di bawah tekanan. Ini menambah tekanan inflasi dan lebih banyak bank sentral menaikkan suku bunga lebih dari yang kita lihat secara histori," kata Sian Fenner, Ekonom Senior Asia untuk Oxford Economics. 

(FAY)

SHARE