sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Wall Street Sepekan: Aksi Jual Jumbo Terjadi, Investor Bersiap Tekanan Lebih Besar

Market news editor Anggie Ariesta
25/09/2022 08:30 WIB
Selama sepekan kemarin terjadi aksi jual besar-besaran atau jumbo yang mengguncang bursa saham alias Wall Street dan obligasi AS.
Wall Street Sepekan: Aksi Jual Jumbo Terjadi, Investor Bersiap Tekanan Lebih Besar. (Foto: MNC Media)
Wall Street Sepekan: Aksi Jual Jumbo Terjadi, Investor Bersiap Tekanan Lebih Besar. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Selama sepekan kemarin terjadi aksi jual besar-besaran atau jumbo yang mengguncang bursa saham alias Wall Street dan obligasi AS, dan banyak investor bersiap untuk lebih banyak tekanan di masa depan.

Mengutip Reuters, Minggu (25/9/2022), perbankan di Wall Street menyesuaikan prakiraan mereka untuk memperhitungkan Federal Reserve yang tidak menunjukkan bukti berhenti, menandakan pengetatan lebih lanjut untuk melawan inflasi setelah kenaikan suku bunga pasar lain minggu ini.

Indeks S&P 500 turun lebih dari 22% tahun ini. Pada perdagangan Jumat, harga sempat turun di bawah penutupan terendah pertengahan Juni di 3.666, menghapus rebound musim panas yang tajam di saham AS sebelum memangkas kerugian dan ditutup di atas level itu.

"Dengan niat The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi dari yang diharapkan, pasar saat ini sedang mengalami krisis kepercayaan," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research.

Menurut Stovall, jika S&P 500 ditutup di bawah level terendah pertengahan Juni di hari-hari mendatang, itu mungkin mendorong gelombang penjualan agresif lainnya.Ini bisa mengirim indeks ke level terendah di 3.200, level yang sejalan dengan penurunan historis rata-rata di pasar beruang yang bertepatan dengan resesi.

Sementara data terbaru menunjukkan ekonomi AS yang relatif kuat, investor khawatir pengetatan Fed akan membawa penurunan.

Kekalahan di pasar obligasi menambah tekanan pada saham. Imbal hasil pada benchmark Treasury 10-tahun, yang bergerak terbalik terhadap harga, baru-baru ini berada di sekitar 3,69%, level tertinggi sejak 2010.

Hasil yang lebih tinggi pada obligasi pemerintah dapat menumpulkan daya pikat ekuitas. Saham teknologi sangat sensitif terhadap kenaikan imbal hasil karena nilainya sangat bergantung pada pendapatan masa depan, yang dipangkas lebih dalam saat imbal hasil obligasi naik.

Michael Hartnett, kepala strategi investasi di BofA Global Research, percaya inflasi yang tinggi kemungkinan akan mendorong imbal hasil Treasury AS setinggi 5% selama lima bulan ke depan, memperburuk aksi jual di saham dan obligasi.

"Kami mengatakan hasil tertinggi baru sama dengan posisi terendah baru dalam saham," katanya, memperkirakan bahwa S&P 500 akan jatuh serendah 3.020, di mana investor harus "mengalami" ekuitas.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement