MARKET NEWS

Rotasi Sektor Saham: Infrastruktur Unggul, Finansial Tertinggal

TIM RISET IDX CHANNEL 18/08/2025 11:00 WIB

Pasar saham Indonesia memperlihatkan pergeseran kekuatan sektoral untuk periode sepekan terakhir.

Rotasi Sektor Saham: Infrastruktur Unggul, Finansial Tertinggal. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Pasar saham Indonesia memperlihatkan pergeseran kekuatan sektoral untuk periode sepekan terakhir.

Menurut data Relative Rotation Graph (RRG) untuk periode sepekan yang berakhir pada 15 Agustus 2025, sektor infrastruktur tercatat berada di kuadran Leading, disusul oleh sektor barang baku, transportasi, kesehatan, dan energi. Sektor teknologi mulai bergeser ke kuadran Weakening, menandakan momentum penguatannya perlahan berkurang.

Kemudian, sektor perindustrian dan barang konsumen non-primer masih berada di kuadran Improving, yang mengindikasikan potensi penguatan ke depan.

Sebaliknya, sektor properti, barang konsumen primer (non-siklikal), serta jasa keuangan atau finansial masuk dalam kuadran Lagging, menunjukkan performa relatif yang lebih tertinggal dibanding sektor lainnya.

Sebagai informasi, RRG merupakan alat analisis teknikal yang digunakan untuk memetakan rotasi sektor atau saham berdasarkan kinerja relatif dan momentum relatifnya.

Grafik ini terbagi dalam empat kuadran—Leading, Weakening, Lagging, dan Improving—yang membantu investor menilai sektor mana yang sedang menguat, melemah, atau berpotensi berbalik arah.

IHSG Jadi Jawara
Bursa saham Tanah Air memang libur pada hari ini, Senin (18/8/2025), karena cuti bersama Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI).

Namun, pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru tampil cemerlang dengan menguat 4,84 persen menjelang perayaan HUT ke-80 RI.

Indeks acuan tersebut menembus level psikologis 8.000, tepatnya 8.017,07, untuk pertama kalinya pada perdagangan intraday, sebelum akhirnya ditutup di 7.898,38 pada Jumat (15/8/2025) pekan lalu.

Kenaikan tersebut menjadikan IHSG yang terkuat di ASEAN dan bahkan salah satu yang terbaik di dunia, menurut data yang dirilis Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 11-15 Agustus 2025.

Di kawasan Asia Tenggara, IHSG jauh meninggalkan Vietnam (+1,68 persen) dan Malaysia (+1,24 persen), sementara Thailand (+0,03 persen) serta Singapura (-0,22 persen) stagnan, dan Filipina bahkan turun -0,37 persen.

Jika dibandingkan dengan Asia Pasifik, reli IHSG juga melampaui Jepang (Nikkei 225) yang naik 3,73 persen, Hong Kong (+1,65 persen), China (+1,70 persen), dan Australia (+1,49 persen).

Dari kawasan Amerika, Kolombia (+4,01 persen) menjadi yang paling mendekati kinerja IHSG, sedangkan Brasil (+0,33 persen) dan Dow Jones Industrial Index Amerika Serikat (AS) (+1,67 persen) cukup tertinggal.

Di kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA), Spanyol (IBEX 35) menguat 3,08 persen dan Qatar +2,51 persen. Sementara Afrika Selatan (FTSE/JSE Africa All Share) tercatat naik 1,26 persen.

Sebelumnya, pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai sentimen utama yang mendorong reli IHSG kali ini berasal dari keputusan MSCI menaikkan peringkat Indonesia.

“Katalis utama berasal dari upgrade MSCI ke Indonesia sebagai salah satu negara yang dapat inflow paling besar dari seluruh Asia,” ujarnya, Kamis (14/8/2025).

Namun, di tengah euforia pasar, Michael juga mengingatkan investor agar tidak terlena, dan tetap fokus pada analisis fundamental emiten masing-masing demi menjaga strategi investasi tetap aman.

“Kita memang perlu waspada terhadap pergerakan IHSG yang over,” tutur Michael, Jumat (15/8).

Meski demikian, ia menilai fokus utama investor sebaiknya tetap pada analisis masing-masing emiten. “Sebagai investor, lebih baik berfokus pada emiten sendiri, yaitu di mana posisi rasio PE, PBV, serta potensi DPR,” kata Michael.

Menurutnya, kenaikan IHSG belum sepenuhnya diikuti pergerakan positif saham-saham perbankan besar. “Jika kita perhatikan, kenaikan IHSG sendiri masih tidak memberikan kenaikan yang over untuk saham-saham big banks, yang secara general masih di bawah,” ujarnya.

Terkait prospek ke depan, Michael mempertanyakan apakah ini akan menjadi titik balik bagi IHSG. Ia mencatat bahwa Indonesia pada Agustus ini termasuk negara ASEAN yang mendapat aliran dana asing terbesar.

Namun, ia mengingatkan bahwa faktor pendorongnya kali ini bersifat teknis, bukan fundamental.

“Perlu dicatat, inflow kali ini karena kedatangan dua emiten, sehingga terjadi karena perhitungan quant, bukan dari fundamental,” tuturnya.

Michael berharap pertumbuhan ekonomi nasional dapat menjadi pemicu aliran modal asing yang lebih berkelanjutan. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE