Rupiah Akhirnya Ditutup Menguat Tipis ke Rp15.185 per USD
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) akhirnya ditutup menguat tipis pada perdagangan Kamis (10/8/2023).
IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) akhirnya ditutup menguat tipis pada perdagangan Kamis (10/8/2023). Mata uang Garuda naik 4 poin di level Rp15.185 dari penutupan sebelumnya di Rp15.190 per USD.
Pengamat Pasar Uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, USD melemah pascarilis pembacaan indeks harga konsumen (IHK) AS terbaru, yang diperkirakan akan meningkat sedikit pada Juli menjadi 3,3%.
Sementara tingkat inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, diperkirakan akan naik 4,8% secara tahunan.
“Pertemuan Federal Reserve berikutnya pada bulan September dan rilis inflasi yang lemah dapat memperkuat ekspektasi bahwa para pembuat kebijakan akan setuju untuk mengakhiri kenaikan suku bunga,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (10/8/2023).
Pembuat kebijakan Fed telah mengisyaratkan hal ini awal pekan ini, dengan Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker menyarankan suku bunga sudah cukup tinggi, menggemakan pandangan Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic.
Pasar uang saat ini memiliki peluang 86,5% bagi The Fed untuk membatalkan kenaikan suku bunga lainnya pada pertemuan September, dan memperkirakan langkah selanjutnya sebagai pemotongan, kemungkinan pada musim semi tahun depan.
Data pada Rabu (9/8/2023) menunjukkan ekonomi China tergelincir ke dalam deflasi pada bulan lalu, setelah laporan pada hari sebelumnya menunjukkan kemerosotan yang lebih besar dari perkiraan baik untuk impor maupun ekspor.
Dari sisi internal, saat ekonomi global mengalami ancaman stagnasi pertumbuhan ekonomi, Indonesia mampu mencatat akselerasi perekonomian melebihi ekspektasi pasar. Maka, terbuka ruang bagi perekonomian domestik tetap melaju kuat pada sisa paruh II tahun ini.
Di sisi lain, perlambatan ekonomi global mengakibatkan sumbangsih ekspor terhadap PDB menurun. Bila dilihat berdasarkan pengeluaran, sumber pertumbuhan PDB ditopang oleh permintaan domestik, menunjukkan kualitas pertumbuhan yang baik.
Konsumsi pemerintah meningkat sebesar 10,62%, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,23%, dan investasi mencapai 4,63%.
Dari sisi eksternal, pengeluaran ekspor barang dan jasa terkontraksi sebesar 2,75% seiring dengan melemahnya permintaan global dan turunnya harga komoditas ekspor utama seperti batubara dan crude palm oil (CPO).
Kontraksi ini mengakibatkan kontribusi ekspor terhadap PDB turun dari 24,6% di tahun lalu menjadi 20,3% pada kuartal II tahun ini.
Akan tetapi, penurunan tersebut mampu ditutupi oleh kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB yang naik dari 17,92% pada kuartal II-2022 menjadi 18,25% pada kuartal II-2023.
Kontribusi sektor manufaktur memiliki arti penting dalam peningkatan produktivitas perekonomian domestik.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan terjaga dengan baik ke depannya. Hal ini tercermin dari beberapa indikator seperti purchasing manager index (PMI), indeks keyakinan konsumen, dan kredit perbankan yang masih tumbuh positif.
Dukungan pemerintah tentunya masih sangat diperlukan di tengah-tengah perlambatan ekonomi dunia yang diperkirakan masih akan berlangsung.
Ruang fiskal yang cukup memungkinkan pemerintah untuk belanja lebih ekspansif untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,3% sepanjang tahun ini.
Berdasarkan sentimen diatas, mata uang rupiah diprediksi bergerak fluktuatif cenderung bergerak melemah di rentang Rp15.160-Rp15.240 per USD. (RNA)