Rupiah Ditutup Melemah di Rp16.621 per USD, Ini Sederet Sentimen Pemicunya
Mata uang Garuda melemah 19 poin atau 0,11 persen dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
IDXChannel - Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan Senin (27/10/2025) di level Rp16.621 per dolar AS (USD). Mata uang Garuda melemah 19 poin atau 0,11 persen dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan rupiah didorong sentimen eksternal dan internal.
Dari eksternal, Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada Minggu mengatakan bahwa para pejabat AS dan China telah menyusun kerangka kerja yang sangat substansial untuk kesepakatan perdagangan yang akan memungkinkan Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping membahas kerja sama perdagangan minggu ini.
"Bessent mengatakan kerangka kerja tersebut akan menghindari tarif AS sebesar 100 persen atas barang-barang China dan mencapai penangguhan kontrol ekspor logam tanah jarang China. Trump juga mengatakan pada hari Minggu bahwa dia optimistis dapat mencapai kesepakatan dengan Beijing dan berharap dapat mengadakan pertemuan di China dan Amerika Serikat," kata Ibrahim dalam risetnya.
Laporan indeks harga konsumen (CPI) AS yang lebih rendah dari perkiraan minggu lalu memperkuat taruhan untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin, dengan investor sekarang mencari panduan tentang prospek pelonggaran tambahan hingga akhir tahun.
Fokus minggu ini adalah keputusan suku bunga dari beberapa Bank Sentral dengan fokus utama adalah keputusan kebijakan terbaru dari Bank Sentral Amerika (Federal Reserve) yang akan dirilis pada Kamis dini hari.
Dari sentimen internal, para ekonom memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 tumbuh 4,9 persen dibanding kuartal II-2025 yang sebesar 5,12 persen secara tahunan (YoY).
Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang melambat itu lebih dipengaruhi dari sisi domestik. Hal itu tercermin dari Indeks Kepercayaan Konsumen pada September 2025 yang tercatat menurun dibanding bulan sebelumnya.
Sedangkan, untuk kuartal IV-2025, pertumbuhan ekonomi nasional diproyeksi meningkat dibanding kuartal III-2025.
"Selain karena faktor musiman, yakni belanja pemerintah yang lebih kencang di kuartal tersebut, pemerintah juga menyalurkan Saldo Anggaran Lebih (SAL) dalam paket stimulus ekonomi," kata Ibrahim.
Sepanjang 2025 ekonomi nasional diproyeksikan akan tumbuh sebesar 5 persen. Dan pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan pulih tahun depan di atas 5 persen, didorong kondisi global yang terus membaik seperti perang dagang dan sentimen geopolitik di eropa, antara Rusia dan Ukraina.
Sementara itu, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi alias OECD mengerek proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 4,9 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi Juni 2025 yang hanya 4,7 persen.
Kenaikan proyeksi OECD itu dipicu oleh langkah BI yang mulai mengambil kebijakan pro pertumbuhan dengan melonggarkan kebijakan moneter serta kinerja investasi yang terus terakselerasi.
Dengan melihat sentimen di atas, untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun diperkirakan ditutup melemah pada rentang Rp16.620-Rp16.650 per USD.
(NIA DEVIYANA)