IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat pada akhir perdagangan Jumat (24/10/2025), naik 27 poin atau sekitar 0,16 persen ke level Rp16.602 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, salah satu sentimen penguatan rupiah adalah datang dari Gedung Putih yang mengonfirmasi bahwa Presiden Donald Trump akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan minggu depan, memicu harapan akan mencairnya hubungan perdagangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia.
“Para pedagang juga bersikap hati-hati menjelang penundaan rilis indeks harga konsumen (IHK) AS untuk bulan September, sebuah indikator kunci untuk prospek kebijakan Federal Reserve,” kata Ibrahim dalam risetnya.
Data tersebut, yang ditunda awal bulan ini karena penutupan pemerintah AS yang sedang berlangsung, dipandang krusial dalam membentuk ekspektasi untuk pertemuan The Fed minggu depan, di mana pasar memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Sementara itu kondisi geopolitik juga memanas dengan AS mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia, yang menargetkan raksasa energi Rosneft dan Lukoil. Langkah-langkah tersebut dilakukan dengan tujuan untuk membatasi pendapatan minyak Moskow dan meningkatkan tekanan pada upaya perangnya.
Partai Komunis China meluncurkan rencana ekonomi lima tahun baru yang menekankan manufaktur canggih, kemandirian teknologi, dan permintaan domestik yang lebih kuat. Kerangka kebijakan tersebut memperkuat optimisme bahwa Beijing berkomitmen untuk mempertahankan pertumbuhan melalui reformasi struktural dan inovasi.
Dari sentimen domestik, Bank Indonesia mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada September 2025 tumbuh lebih tinggi. Dalam laporan BI disebutkan pertumbuhan M2 pada September 2025 sebesar 8,0 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Agustus 2025 sebesar 7,6 persen (yoy) sehingga tercatat Rp9.771,3 triliun.
Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 10,7 persen (yoy) dan uang kuasi sebesar 6,2 persen (yoy). Kemudian perkembangan M2 pada September 2025 dipengaruhi oleh aktiva luar negeri bersih, penyaluran kredit, dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus).
Aktiva luar negeri bersih pada September 2025 tumbuh sebesar 12,6 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 10,7 persen (yoy) sehingga tercatat sebesar Rp2.085,3 triliun.
Penyaluran kredit pada September 2025 tumbuh 7,2 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit pada bulan sebelumnya sebesar 7,0 persen (yoy). Selain itu, tagihan bersih kepada Pemerintah pusat tumbuh sebesar 6,5 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Agustus 2025 sebesar 5,0 persen (yoy).
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.600 - Rp16.650 per dolar AS.
(kunthi fahmar sandy)