MARKET NEWS

Rupiah Ditutup Melemah Rp15.526 per USD, Ini Sentimennya 

Anggie Ariesta 03/09/2024 15:59 WIB

Rupiah hari ini (3/9) ditutup melemah satu poin atau 0,01 persen ke level Rp15.526 per USD. 

Rupiah Ditutup Melemah Rp15.526 per USD, Ini Sentimennya (foto mnc media)

IDXChannel - Rupiah hari ini (3/9) ditutup melemah satu poin atau 0,01 persen ke level Rp15.526 per USD. 

Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, USD menguat dipengaruhi perhatian investor yang beralih ke laporan pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang siap dirilis pekan ini.

“Laporan tersebut akan dirilis pada Jumat, akan memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan moneter Federal Reserve, terutama setelah Ketua Fed, Jerome Powell mengisyaratkan perubahan dari fokus pada inflasi menjadi pencegahan kehilangan pekerjaan,” kata Ibrahim dalam risetnya, Selasa (3/9).

Menurutnya, saat ini, ada peluang 33 persen untuk pemotongan 50 basis poin bulan ini, dengan pengurangan seperempat poin diharapkan sepenuhnya. Ini merupakan sedikit perubahan dari minggu sebelumnya ketika kemungkinan untuk pemotongan yang lebih besar berada di angka 36 persen.

"Pasar telah mengantisipasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve, dengan pengurangan 25 basis poin telah diperhitungkan dalam ekspektasi selama beberapa minggu," ujar dia. 

Kekuatan USD didorong oleh peningkatan imbal hasil Treasury jangka panjang ke titik tertinggi sejak pertengahan Agustus.

Kenaikan imbal hasil ini mengikuti data inflasi yang menunjukkan bahwa Fed mungkin memilih pemotongan suku bunga yang lebih kecil. 

Ketahanan ekonomi AS semakin ditegaskan oleh angka produk domestik bruto baru-baru ini, yang menunjukkan bahwa Federal Reserve memiliki keleluasaan untuk memoderasi pelonggaran kebijakannya. 

Meskipun demikian, para pedagang masih bertaruh pada kemungkinan penurunan suku bunga dari Fed. Hasil laporan pekerjaan yang akan datang kemungkinan akan berdampak signifikan pada arah USD dalam waktu dekat. 

Salah satunya angka penggajian yang lebih kuat dari yang diharapkan dan tingkat pengangguran yang lebih rendah kemungkinan akan memberi pasar keyakinan yang lebih besar bahwa risiko pertumbuhan telah mereda.

Dari sentimen domestik, kata Ibrahim, utang di negara maju melonjak dari 70 persen menjadi 112 persen dari produk domestik bruto (PDB). 

"Sementara di negara-negara berkembang, kenaikan jumlah utang dari 47 persen terhadap PDB awal periode 2000, sekarang mencapai 71 persen. Sedangkan utang Indonesia relatif terjaga di tengah ketidakpastian global dan tingginya tensi geopolitik di dunia," tutur Ibrahim.

Hingga akhir Juli 2024, rasio utang kembali turun menjadi 38,68 persen yang berarti masih jauh di bawah batas aman, yakni 60 persen sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 

"Secara global, kondisi 2024 belum menunjukkan adanya perbaikan dikarenakan situasi global masih sama dan bahkan cenderung meruncing karena tensi geopolitik dan peperangan di sejumlah negara," tuturnya. 

Disrupsi akibat terjadinya perang mengakibatkan inflasi meningkat tinggi dan diikuti dengan suku bunga global yang melonjak tinggi, meskipun mulai September 2024 akan terjadi penurunan suku bunga terutama di Amerika Serikat.

"Berdasarkan data di atas, Rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.450-Rp15.550 per USD," kata Ibrahim.

(Fiki Ariyanti)

SHARE