MARKET NEWS

Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.199 per USD, Pasar Cermati Negosiasi AS dengan Mitra Dagang

Anggie Ariesta 01/07/2025 15:43 WIB

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) ditutup menguat pada akhir perdagangan Selasa (1/7/2025), atau naik 38,50 poin.

Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.199 per USD, Pasar Cermati Negosiasi AS dengan Mitra Dagang. Foto: Freepik.

IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) ditutup menguat pada akhir perdagangan Selasa (1/7/2025), atau naik 38,50 poin atau sekitar 0,24 persen ke level Rp16.199 per dolar AS.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menilai pembicaraan Senat Amerika Serikat (AS) yang meloloskan secara prosedural RUU hingga negosiasi dagang AS dengan negara mitra lainnya, tengah menjadi sorotan saat ini. 

"Trump pada hari Senin mengecam Jepang dan mengisyaratkan kemungkinan mengakhiri pembicaraan perdagangan dengan Tokyo. Presiden AS mengkritik praktik impor beras Jepang," kata Ibrahim dalam risetnya, Selasa (1/7/2025).

Secara terpisah, Menteri Keuangan AS Scott Bessent memperingatkan bahwa negara-negara dapat dikenai tarif tinggi meskipun negosiasi perdagangan sedang berlangsung. Negara-negara seperti Jepang dan India akan menghadapi tarif tambahan AS masing-masing lebih dari 20 persen.

Fokus pasar hari ini adalah Pidato Ketua Federal Reserve Powell dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh ECB. Pasar akan menganalisis dengan saksama untuk mendapatkan petunjuk tentang kapan Fed akan mulai memangkas suku bunga.

Dari sentimen domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia mencapai surplus USD4,3 miliar per Mei 2025. Dengan demikian, Indonesia mencatatkan surplus selama 61 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Indonesia mencatatkan ekspor senilai USD24,61 miliar atau naik 9,68 persen (year on year/YoY). Adapun, nilai impor mencapai USD20,31 miliar atau naik 4,14 persen YoY. Alhasil Indonesia mencatatkan surplus neraca dagang USD4,3 miliar.

Pada Mei 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar USD4,3 miliar dan neraca perdagangan indonesia telah mencatat surplus selama 61 bulan berturut turut sejak Mei 2020. 

Surplus pada Mei 2025 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas non-migas yaitu sebesar USD5,83 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah lemak dan minyak hewani/nabati (HS15), bahan bakar mineral (HS27), serta besi dan baja (HS72).

Sebelumnya, data Manufaktur Indonesia kembali mengalami kontraksi. Hal ini tercermin dalam laporan S&P Global Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia turun ke level 46,9 pada Juni 2025 dari bulan sebelumnya 47,4. Angka dan terendah kedua sejak Agustus 2021 yang menunjukkan penurunan sektor produksi.

Penurunan ini didorong oleh penurunan solid pada kondisi operasional pada pertengahan 2025 yang ditunjukkan dari penurunan output, aktivitas pembelian, dan ketenagakerjaan. Penyebab utama penurunan adalah penurunan tajam permintaan atas barang produksi Indonesia.

Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup menguat dalam rentang Rp16.130 - Rp16.190 per dolar AS.

(NIA DEVIYANA)

SHARE