MARKET NEWS

Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.625 per Dolar AS, Terdorong Ekspektasi Dovish The Fed

Anggie Ariesta 02/12/2025 15:54 WIB

Nilai tukar rupiah ditutup menguat 38 poin atau sekitar 0,23 persen ke level Rp16.625 per dolar AS pada perdagangan Selasa (2/12/2025).

Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.625 per Dolar AS, Terdorong Ekspektasi Dovish The Fed. (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 38 poin atau sekitar 0,23 persen ke level Rp16.625 per dolar AS pada perdagangan Selasa (2/12/2025).

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, salah satu sentimen penguatan datang dari eksternal yakni ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan melanjutkan siklus pelonggarannya (dovish) meningkat dengan CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember mencapai 87,4 persen.

Selain itu, Penasihat Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett, kemungkinan akan ditunjuk sebagai Ketua Fed berikutnya, menggantikan Jerome Powell.

"Namun, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Minggu bahwa ia tidak akan memberitahu siapapun yang akan ditunjuk, tetapi ia sudah menentukan pilihannya," tulis Ibrahim dalam risetnya.

Sementara berdasarkan data, Institute for Supply Management (ISM) mengungkapkan bahwa aktivitas manufaktur pada November mengalami kontraksi selama sembilan bulan berturut-turut.

Data lebih lanjut, yang diungkapkan oleh ISM, menunjukkan bahwa harga input meningkat dan pasar tenaga kerja masih berada dalam kondisi rendahnya tingkat pemecatan dan perekrutan

Selain itu, Rusia-Ukraina kembali memanas, setelah Ukraina meningkatnya frekuensi serangan pesawat nirawak terhadap infrastruktur Rusia. Serangan baru-baru ini sempat mengganggu pemuatan di terminal Laut Hitam Konsorsium Pipa Kaspia, jalur utama untuk minyak mentah Kazakhstan dan Rusia.

Pada saat yang sama, ketegangan antara Washington dan Caracas semakin dalam setelah para pejabat AS mengisyaratkan mereka mungkin akan memperketat pembatasan terhadap Venezuela, termasuk menutup wilayah udara mereka. Langkah ini menyusul meningkatnya tekanan AS terhadap Venezuela, dengan Trump menuduh negara itu membiarkan pengiriman narkoba mengalir dari wilayahnya.

Dari sentimen dalam negeri, laju inflasi nasional kembali menunjukkan pelemahan pada November 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) hanya naik 0,17 persen secara bulanan, lebih rendah dibandingkan 0,28 persen pada Oktober. Secara tahunan, inflasi mereda menjadi 2,72 persen, sementara inflasi year to date berada di level 2,27 persen.

Inflasi tersebut terutama ditopang oleh komponen inti yang naik 0,17 persen dan berkontribusi 0,11 persen terhadap inflasi nasional. Komoditas emas perhiasan kembali menjadi pendorong terbesar. Harga emas mencatat kenaikan hampir 4 persen dan memberikan andil 0,08 persen.

Dari kelompok harga yang dipengaruhi kebijakan pemerintah, tarif angkutan udara kembali merangkak dan mencatat inflasi 0,24 persen dengan kontribusi 0,05 persen. 

Sementara komponen harga bergejolak naik tipis 0,02 persen, terutama akibat kenaikan harga beberapa sayuran seperti bawang merah, wortel, jeruk, sawi hijau, timun, dan kacang panjang.

Selain itu, Kementerian Keuangan mencatatkan, posisi utang pemerintah per akhir kuartal III-2025 senilai Rp9.408,64 triliun. Jika dirinci lebih lanjut, komposisi utang pemerintah Rp9.408,64 triliun itu didominasi oleh hasil penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Rp8.187,55 triliun atau sekitar 87,02 persen. Sedangkan yang berasal dari pinjaman mencapai Rp1.221,09 triliun (12,98 persen).

Dari sisi rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB), per akhir kuartal III-2025 telah mencapai 40,30 persen. Utang yang berasal dari penerbitan SBN itu pun melonjak sekitar 2,59 persen dibanding kuartal sebelumnya yang sebesar Rp7.980,87 triliun.

Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.620-Rp16.640 per dolar AS.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE