MARKET NEWS

Rupiah Hari Ini Loyo Lawan Dolar AS di Rp14.250

Dinar Fitra Maghiszha 17/11/2021 10:12 WIB

Nilai mata uang Rupiah bergerak melemah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi ini, Rabu (17/11/2021).

Rupiah Hari Ini Loyo Lawan Dolar AS di Rp14.250 (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Nilai mata uang Rupiah bergerak melemah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi ini, Rabu (17/11/2021).

Bila melihat pasar spot Bloomberg hingga pukul 09:51 WIB, mata uang Garuda turun 30 poin atau 0,21 persen di harga Rp14.250 per 1 Dolar AS.

Selain Rupiah, sejumlah mata uang di Asia turut bergerak merosot terhadap Dolar AS pada pagi ini, ketika indeks Dolar AS berada di level USD95,91.

Ringgit Malaysia memimpin pelemahan sebesar -0,22 persen, disusul Dolar Singapura merosot -0,05 persen, dan Dolar Hong Kong tertekan -0,01 persen.

Sedangkan sebagian yang lain justru menguat seperti Baht Thailand naik 0,02 persen, dan Yuan China menanjak 0,10 persen, serta Yen Jepang naik 0,01 persen.

Selanjutnya, Won Korea Selatan menanjak 0,04 persen, Peso Filipina naik 0,12 persen, disusul Dolar Taiwan 0,04 persen.

Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuabi mengatakan bahwa saat ini investor mencermati dampak pembicaraan antara para pemimpin AS dan China yang tampaknya memiliki awal yang baik.

Selaint itu, pasar juga menantikan pengaruh data penjualan ritel AS yang menjulang di pasar mata uang.

Perdana menteri China menyebut Presiden AS Joe Biden sebagai "teman lama", timpalannya dari China Xi Jinping mengatakan negara mereka harus meningkatkan komunikasi dan kerja sama. Kedua pemimpin menekankan tanggung jawab mereka untuk menghindari konflik dalam sambutan pembukaan.

"Investor sekarang menunggu data penjualan ritel AS, untuk mengukur langkah selanjutnya dari kenaikan suku bunga Federal Reserve AS," tutur Ibrahim, Selasa (16/11).

Sementara itu, Presiden Federal Reserve Richmond Thomas Barkin mengatakan pada hari Senin bahwa Fed AS akan menaikkan suku bunga jika inflasi tinggi terus berlanjut, tetapi menambahkan bahwa Fed harus menunggu untuk melihat apakah inflasi dan kekurangan tenaga kerja akan lebih tahan lama.(RAMA)

SHARE