Rupiah Kembali Berkibar ke Rp15.847 per USD Jelang Weekend
Rupiah hari ini (29/11/2024) ditutup menguat 24 poin atau 0,15 persen ke level Rp15.847 per USD.
IDXChannel - Rupiah hari ini (29/11/2024) ditutup menguat 24 poin atau 0,15 persen ke level Rp15.847 per USD, setelah sebelumnya juga sempat terapresiasi ke Rp15.871 per USD.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan Rupiah disebabkan oleh sentimen eksternal, yaitu pasar mempertahankan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan tetap memangkas suku bunga pada Desember 2024.
“Para pedagang terlihat bertaruh pada peluang 68,6 persen bahwa Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, dan peluang 31,4 persen bahwa suku bunga akan tetap tidak berubah, menurut CME Fedwatch,” kata Ibrahim dalam risetnya, Jumat (29/11/2024).
Prediksi pemangkasan Desember terus berlanjut, meskipun data terbaru menunjukkan ketahanan inflasi AS. Sementara pejabat Fed mendukung pelonggaran suku bunga secara bertahap.
Namun, prospek jangka panjang untuk suku bunga AS tidak pasti, mengingat inflasi masih jauh di atas target The Fed sebesar 2 persen.
Ibrahim menuturkan, kebijakan ekspansif di bawah Trump juga diharapkan akan mendukung inflasi dan suku bunga. Sejumlah pejabat Fed, termasuk Ketua Jerome Powell akan memberikan pidato pekan depan, sebelum keputusan suku bunga pada bulan Desember.
Selain itu, Rusia pada Kamis melancarkan serangan besar kedua terhadap infrastruktur energi Ukraina bulan ini, karena Moskow meningkatkan serangannya terhadap Ukraina atas penggunaan senjata buatan Barat oleh Kyiv.
Presiden Vladimir Putin mengancam akan menggunakan rudal balistik baru untuk menyerang "pusat-pusat pengambilan keputusan" di ibu kota Ukraina.
Di Asia, pasar China mengalami sedikit kelegaan menyusul laporan bahwa AS mungkin mengenakan sanksi yang tidak terlalu berat pada industri semikonduktor China dibandingkan dengan proposal sebelumnya.
Dari sentimen internal, Ibrahim mengatakan, rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen masih menjadi perhatian. Sebab, kondisi ekonomi global saat ini sedang tidak baik-baik saja, sehingga akan berpengaruh terhadap menurunkan daya beli masyarakat.
“Memang pemerintah menerapkan tarif pajak sebesar 12 persen sesuai dengan amanat undang-undang,” katanya.
Namun salah satu permasalahan dalam perpajakan adalah masih rendahnya tax ratio Indonesia dibandingkan negara G20 serta beberapa negara di ASEAN.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, rencana kenaikan PPN kemungkinan besar akan ditunda. Penundaan tersebut dilakukan untuk memberi ruang bagi pemerintah dalam menyediakan stimulus berupa subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
"Berdasarkan data di atas, Rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.750-Rp15.850 per USD," kata Ibrahim.
(Fiki Ariyanti)