MARKET NEWS

Rupiah Melemah 2 Persen Sepanjang 2025, Begini Prospeknya ke Depan

Anggie Ariesta 26/10/2025 23:00 WIB

Prospek rupiah ke depan dinilai tetap positif, seiring dukungan kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI). 

Rupiah Melemah 2 Persen Sepanjang 2025, Begini Prospeknya ke Depan. Foto: Freepik.

IDXChannel Pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang 2025 tercatat mengalami pelemahan sekitar 2 persen. Economist Investment Strategist PT Bahana TCW Investment Management, Emil Muhamad menilai kinerja rupiah masih cukup solid di tengah tekanan ekonomi global dan domestik.

"Rupiah bisa saya bilang bertahan dengan sangat baik. Memang fakta bahwa rupiah kita sudah melemah dua persen tahun ini itu betul. Tapi apakah negara lain juga melemah? Melemah juga," ujar Emil di Bukittinggi, Sumatera Barat, Jumat (24/10/2025).

Emil menilai prospek rupiah ke depan tetap positif, seiring dukungan kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI). 

Dari sisi moneter, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 150 basis poin (bps) untuk menjaga stabilitas nilai tukar sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

"Artinya pertahanan terhadap rupiah memang sudah tidak sekuat periode sebelumnya. Tapi ini adalah risiko yang memang harus diambil dan memang worth it untuk diambil. Karena harapannya adalah dengan menurunkan suku bunga maka pertumbuhan ekonomi akan lebih cepat," kata dia.

Lebih lanjut, Emil menuturkan ketika pertumbuhan ekonomi mulai menguat, maka nilai tukar rupiah juga berpotensi ikut menguat. 

Hal itu karena pertumbuhan ekonomi yang solid dapat mendorong masuknya investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) ke Indonesia yang akan berkontribusi positif terhadap stabilitas rupiah.

"Jadi kita tetap melihatnya positif, rupiah memang sudah melemah. Apakah akan lebih parah lagi? Menurut kita enggak. Karena ketidakpastian globalnya sudah perlahan menurun. Hari ini tidak ada negara manapun di dunia yang tertarik untuk memulai perang baru," ujarnya.

Emil menambahkan, meredanya ketegangan geopolitik global menjadi sinyal baik bagi negara berkembang seperti Indonesia. 

Adapun Emil menilai kondisi tersebut dapat menjadi momentum bagi pemerintah untuk terus memperkuat sektor-sektor prioritas yang memiliki efek berganda (multiplier effect) terhadap perekonomian nasional.

"Bahkan Donald Trump, Presiden Amerika itu sangat ingin seluruh perang di dunia ini mereda, selesai. Ini arahannya sebenarnya lebih positif untuk emerging market, termasuk rupiah," kata Emil.

(NIA DEVIYANA)

SHARE