MARKET NEWS

Rupiah Melemah 2,27 Persen dalam Sepekan, Tertekan Konflik Timur Tengah

Anggie Ariesta 05/10/2024 13:34 WIB

Nilai tukar (kurs) rupiah pada sepekan perdagangan 30 September-4 Oktober 2024 bergerak melemah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS).

Rupiah Melemah 2,27 Persen dalam Sepekan, Tertekan Konflik Timur Tengah. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Nilai tukar (kurs) rupiah pada sepekan perdagangan 30 September-4 Oktober 2024 bergerak melemah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip data Bloomberg, Sabtu (5/10/2024), rupiah spot pekan ini ditutup melemah 0,37 persen pada level Rp15.485 per dolar AS. Bahkan, dalam sepekan rupiah turun 2,27 persen dibandingkan penutupan di awal pekan di Rp15.140.

Sementara itu, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) dalam sepekan juga melemah 2,31 persen pada level Rp15.495 per dolar AS, Jumat (27/9/2024).

Pelemahan ini menjadikan rupiah berada di posisi paling lemah dalam sebulan atau tepatnya sejak 3 September 2024. Bersamaan dengan pelemahan rupiah, indeks dolar AS (DXY) turun ke titik 101,89 dengan pelemahan sebesar 0,09 persen.

Rupiah anjlok disinyalir oleh beberapa faktor, seperti dipengaruhi ketegangan geopolitik yang makin memanas di Timur Tengah, wait and see data ekonomi AS, efek stimulus jumbo China, sampai aliran dana asing yang masih deras keluar dari pasar keuangan domestik.

Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, fokus investor tertuju pada laporan utama penggajian nonpertanian AS yang akan dirilis hari ini, yang akan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang prospek suku bunga Federal Reserve serta meningkatnya ketegangan di Timur Tengah membuat pasar gelisah.

"Hal itu membuat para pedagang mengurangi taruhan tentang pemotongan suku bunga 50 basis poin lagi oleh Fed bulan depan, dengan kontrak berjangka menunjukkan peluang hanya 35 persen dari skenario seperti itu," kata Ibrahim dalam risetnya, Jumat (4/10/2024).

Sentimen wait and see karena rilis data ekonomi dari AS yang semakin positif, termasuk lonjakan PMI sektor non manufaktur services menambah daya dorong bagi dolar AS untuk terus menguat. Hal ini menyebabkan rupiah tertekan karena pelaku pasar global lebih memilih dolar AS sebagai safe haven currency.

Di sisi lain, rencana stimulus besar dari China juga memicu aliran dana asing keluar dari pasar keuangan Indonesia.

Stimulus tersebut mencakup pemangkasan suku bunga perbankan dan KPR, serta fasilitas pinjaman besar-besaran yang diberikan kepada investor institusi di China, menarik minat pelaku pasar untuk beralih ke pasar saham China.

Sebelumnya, BI sudah menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah dalam sepekan. BI berkomitmen terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.

Adapun BI mencatat, aliran modal asing masuk ke Indonesia sebesar Rp570 miliar dalam sepekan ini.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso mengatakan, berdasarkan data transaksi 30 September-3 Oktober 2024, non residen secara agregat tercatat beli neto Rp0,57 triliun atau Rp570 miliar.

"Beli neto di pasar SBN sebesar Rp6,13 triliun, sedangkan di pasar saham jual neto sebesar Rp4,36 triliun, dan di pasar SRBI jual neto sebesar Rp1,20 triliun," kata dia dalam keterangannya, Jakarta, Sabtu (5/10/2024).

Sepanjang 2024, tepatnya hingga 3 Oktober ini, non residen atau asing tercatat beli neto Rp191,75 triliun di SRBI, Rp49,92 triliun di pasar saham, dan Rp36,42 triliun di pasar SBN.

(Febrina Ratna)

SHARE