Rupiah Melemah di Awal Desember, Mata Uang Asia Terpantau Variatif
Nilai mata uang tukar Rupiah tergelincir terhadap Dolar AS dimana tercatat turun -15 poin atau -0,10% di harga Rp14.347 per 1 Dolar AS hari ini.
IDXChannel - Nilai mata uang tukar Rupiah tergelincir terhadap Dolar AS pada perdagangan awal bulan, Rabu pagi (1/12/2021).
Pantauan di pasar spot Bloomberg hingga pukul 09:19 WIB, mata uang Garuda turun -15 poin atau -0,10% di harga Rp14.347 per 1 Dolar AS.
Selain Rupiah, sebagian besar mata uang negara Asia terpantau bergerak variatif terhadap USD, ketika indeks Dolar AS menguat di level USD96,00.
Yen Jepang tertekan -0,23% di 113,39, Dolar Hong Kong tergelincir -0,01% di 7.7976, dan Ringgit Malaysia anjlok -0,06% di 4,2025.
Adapun Dolar Singapura turun -0,05% di 1,3648, dan Dolar Taiwan koreksi -0,23% di 27.691.
Sementara itu, Baht Thailand unggul tipis 0,15% di 33.660, Peso Filipina naik 0,02% di 50,400, dan Won Korea Selatan menguat 0,11% di 1.181,46.
Yuan China menanjak 0,03% di 6,3620, dan Dolar Australia melesat 0,29% di 0,7144.
Saat ini, Dolar AS sedang berada di fase waspada menyusul pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell yang mengisyaratkan bakal mempercepat agenda pengurangan stimulus di tengah risiko penyebaran varian baru Omicron.
Pasar juga masih khawatir kebijakan Fed yang terburu-buru dapat menghentikan pemulihan ekonomi.
"Investor masih berhati-hati," kata Analis FX Jepang Bank of America-Merrill Lynch, Shusuke Yamada, dilansir Reuters, Rabu (1/12/2021).
"Sangat sulit untuk membuat penilaian tentang dampak Omicron ketika kita tidak memiliki banyak informasi," lanjutnya.
Guburnur Fed mengatakan dalam keterangannya kepada Kongres pada Selasa (30/11) bahwa pejabat Fed akan mendiskusikan soal kemungkinan mengakhiri pembelian obligasi beberapa bulan lebih awal pada pertemuan rutin 14-15 Desember 2021 mendatang.
Powell, yang menduduki kursi Gubernur Fed kedua kalinya ini, memberi sinyal bahwa dirinya kemungkinan bakal mengubah pandangannya atas anggapan lama yang menyebut bahwa inflasi akan bersifat sementara.
Seperti diketahui, bursa pasar ekuitas di tingkat global mengalami penurunan relatif drastis pada akhir bulan November setelah CEO Moderna Stéphane Bancel dalam sebuah wawancara di Financial Times mengatakan ada kemungkinan pihaknya melakukan modifikasi vaksin untuk merespons varian baru ini.
Di tempat yang berbeda, pihak Regeneron Pharmaceuticals Inc mengatakan bahwa antibodi Covid-19 dan sejenis lainnya dimungkinkan kurang efektif terhadap varian Omicron.
(IND)